“Jadi kegiatan pariwisata itu hanya sampai akhir Februari saja,” katanya.
Kemudian mulai Maret 2020, sudah tidak ada tamu lagi dan tidak ada bisnis.
Sehingga terpaksa member Asita Bali, merumahkan karyawannya. “Kami catat 93 persen member Asita Bali terpaksa merumahkan karyawannya hingga saat ini,” sebutnya. Ada 404 member Asita Bali, dengan porsi 20 persen tour and travel skala besar, 50 persen skala menengah, dan sisanya skala kecil serta merintis. Ardana memastikan, tanpa adanya pandemi Covid-19 pun, biro perjalanan wisata telah memberikan layanan prima.
Mengutamakan kebersihan, kesehatan, keamanan, selama melayani turis saat plesiran di Bali. Layanan prima dan kebersihan dilakukan sejak mulai penjemputan. “Tentunya dengan adanya pandemi Covid-19 ini, travel agent dan biro perjalanan wisata lebih meningkatkan CHS dalam pelayanannya,” tegas Ardana. Termasuk mengecek suhu supir travel, guide, memastikan penggunaan masker, termasuk mengecek penerapan protokol kesehatan di destinasi.
“Kami semua sudah siap dengan new normal,” tegasnya kembali. Walau demikian, ia tak mau terlalu berharap turis akan membludak ke Bali baik wisnu maupun wisman. Baginya, semua butuh proses, tentunya ketika berita didengar oleh patner Asita semua akan kembali melakukan bookingan. Ardana memperkirakan, jika semuanya berjalan lancar dan transmisi lokal kian menurun maka akhir tahun dimungkinkan sudah mulai menggeliat pariwisata Bali. (ask)