Kemenkeu Sebut Resesi di Singapura Tidak Berdampak Langsung ke Ekonomi Indonesia

Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI-Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong saat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman para pejabat terkait seusai pertemuan Indonesia-Singapura Leader's Retreat yang digelar pada 11 Oktober 2018 di Hotel The Laguna Resort Spa Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.

 Setali tiga uang, bila investasi menuju negara berkembang sedang turun, maka terefleksikan pula di data aliran modal dari Singapura.

“Saya rasa Singapura tidak mungkin mengurangi fungsinya sebagai trade-hub dan financial center, justru di masa krisis ini mereka lebih membutuhkan nilai tambah dari fungsinya tersebut,” kata Masyita.

Dari sisi investasi pasar modal, Masyita menyampaikan, secara umum investasi di dunia sudah mulai mengindikasikan perpindahan ke negara berkembang.

Hal tersebut, terlihat dari aliran modal masuk  yang sudah mulai keluar dari safe heaven asset seperti US Treasury menuju obligasi dan saham negara berkembang.

“Mungkin tidak akan kembali seperti semula karena fundamental ekonomi dunia masih lemah, namun tidak seperti di kuartal II-2020 terutama antara bulan Maret-Mei dimana pasar finansial global mengalami syok berat,” ujar Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani itu.

Ke depan, Masyita optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua 2020 akan lebih baik daripada kuartal II-2020.

Kepercayaan itu dilandasi oleh meningkatkan konsumsi masyarakat karena pelonggaran pembatasan sosial bersekala besar (PSBB).

Di sisi lain, berbagai stimulus untuk penganggulangan dampak corona virus disease 2019 (Covid-19) sudah lebih berjalan di kuartal III-2020 dibandingkan kuartal II-2020.

Sebagai catatan, per 24 Juni 2020 anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) baru terealisasi Rp 117,91 triliun atau setara 16,9% dari total anggaran sebesar Rp 695,2 triliun.

Untuk bisa mendanai program PEN, Masyita bilang, pemerintah akan memastikan dari segi pembiayaan tidak ada masalah.

Salah satunya, dengan skema burden sharing dengan Bank Indonesia (BI) yang dapat mengurangi biaya krisis yang ditanggung pemerintah.

 “Memastikan disbursement dari berbagai stimulus tepat waktu dan tepat sasaran agar maksimal dampaknya pada perekonomian,” ujar dia.(*)

Berita Terkini