Ia menjelaskan, secara postur tubuh gajah memiliki telinga yang lebar yang berarti willing to listen.
“Artinya mau mendengarkan apa saja kritik, masukan, apa saja kita dengarkan. Kemudian matanya yang kecil, itu artinya focus mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Tidak bisa kita melenceng, harus focus,” ujarnya.
Lanjut Mardjana, gajah memiliki mulut yang kecil.
Artinya lebih banyak bekerja daripada berbicara.
Disamping juga memiliki arti tidak boleh rakus dan harus berbagi.
Sedangkan belalai gajah yang digunakan untuk menghisap air, oleh Mardjana dikatakan memiliki arti menyuburkan wilayah sekitar.
“Badan gajah yang besar dalam pepatah Bali dikatakan sekurus-kurusnya gajah tetap terlihat besar. Artinya apapun problemnya, Toya Devasya tetap survive, tetap Berjaya. Kita juga percaya bahwa perwujudan daripada gajah adalah Ida Betara Ganapati. Ganesh, itu kan dewa kemakmuran. Jadi artinya bahwa keberadaan Toya Devasya disini harus mampu meng-create kemakmuran di daerah ini,” jelasnya.
Management Toya Devasya juga menggunakan budaya perusahaan yakni “CINTA KASIH”.
Love each other, respect each other.
Dalam hal ini, Mardjana menterjemahkan Cinta Kasih yakni pada huruf C berarti Customer Focus atau memberikan pelayanan terbaik.
I berarti Integrity, yakni membangun loyalitas pada kariawan untuk bersama-sama.
Pada huruf N, lanjutnya, merupakan kependekan dari Network, yang berarti memiliki jaringan yang luas.
Mardjana menjelaskan, Toya Devasya tidak bisa hidup sendiri, namun membutuhkan bantuan dari seluruh pihak.
Sedangkan huruf T berarti Team Work.
Mardjana percaya tidak ada orang yang bisa mengerjakan semuanya sendirian, melainkan butuh bantuan orang lain.