TRIBUN-BALI.COM - Perkembangan terkini mengenai kebijakan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) disampaikan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kemendikbud bersama dengan sejumlah kementerian mengumumkan, siswa yang berada di zona hijau dan kuning Covid-19 kini dapat belajar tatap muka di sekolah.
Sebelumnya, dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, hanya sekolah di zona hijau saja yang diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.
Namun, seiring dengan evaluasi dan beragam aspirasi dari banyak pihak, Kemendikbud memandang perlu dilakukannya penyesuaian terhadap evaluasi SKB 4 Menteri yang dikeluarkan pada pertengahan Juni lalu, salah satunya pertimbangan dampak negatif bila PJJ dilakukan berkepanjangan.
• Begini Skema Subsidi Gaji Rp 600.000 per Bulan Bagi Karyawan Berpenghasilan di Bawah Rp 5 Juta
• Kronologi Mobil Pengangkut Rombongan Pendaki dari Jakarta Kecelakaan di Kaki Gunung Lawu, Satu Tewas
• Jasa Detektif Wanita di Indonesia, Goda Pria Tak Setia Namun Dirinya Sendiri Tetap Lajang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyampaikan sejumlah dampak yang sangat mungkin terjadi bila Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan berkepanjangan.
"Dari semua riset yang telah dilakukan di situasi bencana lainnya, dimana sekolah tidak bisa melakukan pembelajaran atau muka, bahwa efek daripada pembelajaran jarak jauh secara berkepanjangan itu bagi siswa adalah efek yang bisa sangat negatif dan permanen," papar Nadiem dalam konferensi video Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, Jumat (7/8/2020).
3 dampak bila terlalu lama PJJ
Nadiem menyebut, ada tiga dampak utama.
Dampak pertama ialah ancaman putus sekolah.
Risiko putus sekolah, lanjut dia, dikarenakan anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi Covid-19.
Termasuk dipicu oleh banyaknya orangtua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka.
Dampak kedua, disebut Nadiem, ialah penurunan pencapaian belajar.
Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh, terang Nadiem, dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar.
Terutama untuk anak-anak dari sosio-ekonomi berbeda.
Studi juga menemukan, bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan pada saat PJJ.
• Kisah Atta Halilintar Saat Susah, Putus Sekolah, Jual Mobil Bekas hingga Dapat Untung Rp 1 Miliar
• Diduga Sebagai Perantara Narkotik, Wahyudi Dituntut 13 Tahun Penjara
• Menang dengan Status Rookie, Brad Binder Samai Rekor Marc Marquez