Ribuan Telur Penyu Gagal Menetas di Klungkung, Seregig Berharap Ada Perhatian Khusus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto : I Ketut Seregig (62) saat menunjukan penyu yang ditangkarkan di pesisir Pantai Watu Klotok, Kamis (20/8/2020)

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA- I Ketut Seregig (62) sedang berteduh dipesisir Pantai Watu Klotok, Klungkung, Bali, Kamis (20/8/2020).

Setiap harinya, pria paruh baya asal Desa Kamasan tersebut menyelamatkan dan menjaga telur penyu untuk ditetaskan di lokasi pendederan yang ia buat dengan sederhana.

Hanya saja karena lokasi pendederan sempat diterjang air pasang, ribuan telur penyu gagal menetas.

"Dua hari lalu air laut pasang, dan sampai ke tempat pendederan. Sebagian telur sampai basah," ujar Ketut Seregig saat ditemui di pesisir Pantai Watu Klotok.

Periode 2 Minggu Pertama Bulan Ini, 49.391 Penumpang Tiba di Kedatangan Domestik Bandara Ngurah Rai 

KPU Bangli Sosialisasikan Tahapan Pencalonan, Direncanakan Bakal Calon Jalani Tes Swab

Tips Menikmati Gorengan Tanpa Takut Risiko Kolesterol, Mau Coba?

Akibat peristiwa alam tersebut, ribuan telur penyu gagal menetas.

Padahal Ketut Seregig dan rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok pelestari penyu Watu Klotok, sudah mengumpulkan telur-lelur itu sejak sebulan lalu.

Telur yang gagal menetas itu lalu dibuang ke laut, karena berbau busuk.

"Telur yang gagal menetas itu jumlahnya sampai 1.000 lebih. Padahal akhir Agustus ini, sebenarnya telur-telur itu sudah bisa menetas," ungkapnya.

Saat ini di lokasi pendederan yang ia buat, masih tersisa sekitar 1.600 butir telur penyu.

Ia berharap telur itu semuanya bisa menetas dengan baik, dan tukik-tukik bisa kembali dilepas ke alam bebas.

Sebelumnya, 400 ekor tukik berhasil menetas di lokasi pendederan, dan sudah dilepas ke alam bebas.

"Sekarang sudah memasuki waktu telur untuk menetas. Setiap hari saya jaga telur-telur ini, agar tidak dimangsa oleh anjing atau biawak," jelasnya.

Setiap hari, Ketut Seregig berada dipesisir Watu Klotok untuk menjaga telur tersebut.

Ia berangkat ke pesisir Watu Klotok sekitar pukul 10 pagi, dan baru pulang pukul 6 sore.

Lalu jika musim penyu bertelur, ia kembali ke laut pukul 10 malam untuk mencari penyu bertelur.

Lalu baru pulang pukul 03.00 dini hari setelah telur berhasil diamankan di lokasi pendederan.

Selain melepas liarkan tukik, ia juga saat ini menangkarkan sekitar 50 ekor tukik.

Ini diperuntukan untuk kebutuhan Yadnya oleh masyarakat.

"Bapak Bupati saat pelepas liaran tukik ini, meminta saya agar menangkar juga sekitar 50 ekor. Ini untuk kebutuhan masyarakat, yang membutuhkan penyu saat Yadnya," ungkapnya.

Namun saat ini Seregig mengaku kewalahan, karena harus memberikan pakan ke tukik itu seorang diri.

Setiap dua hari sekali, ia mengeluarkan uang pribadi untuk membeli ikan-ikan kecil seharga Rp. 10 ribu sebagai pakan tukik.

Sementara setiap hari, ia harus merawat tukik itu, dengan mengganti air dan memberinya makan 2 kali sehari.

"Saya sampai tidak bisa kerja menjadi buruh bangunan, demi merawat telur dan tukik ini. Bupati dengan uang operasional pribadinya, sebenarnya sudah sempat memberikan bantuan Rp. 5 juta. Semua sudah saya bagi ke anggota kelompok," ungkapnya. (*)

Butuh Perhatian Pemerintah

I Ketut Seregig pun berharap adanya perhatian khusus dari itansi terkait, terkait upaya kelompoknya dalam melestarikan penyu di Pantai Watu Klotok.

"Sebenarnya Bupati sudah memberikan bantuan uang opersional pribadi. Tapi kami juga perlu perhatian dari intansi terkait, agar setidaknya bisa kami gunakan untuk biaya perawatan penyu-penyu ini," harapnya.

Menurutnya, Pemkab baru bisa memberikan bantuan untuk pembangunan penangkaran di tahun 2021.

Jika tidak mendapatkat perhatian dari pemerintah, ia khawatir tidak mampu merawat penyu yang saat ini sudah ditangkarkan.

"Semoga program pelestarian ini bisa terus berkelanjutan," ungkapnya. (*).

Berita Terkini