"Mereka menggunakan non tunai, menggunakan credit card, mereka berbelanja secara selektif, tentunya mereka ingin dengan harga yang rasional dan relatif rendah," kata dia.
Menurut Prof Supartha, konsumen lebih memilih produk yang harganya lebih rasional di era pandemi Covid-19 dan new normal.
Hal itu terjadi lantaran masyarakat belum mengetahui sampai kapan pandemi Covid-19 ini akan berlangsung.
Masyarakat menilai, pandemi Covid-19 yang panjang akan sangat mempengaruhi keberadaan keuangan mereka.
Khusus untuk kasus di Bali, Prof Supartha mengamati konsumen tradisional, semi modern dan modern konsumen.
• Tak Direstui Rujuk dengan Mantan Suami, Wanita Ini Siram Wajah Ibu Kandung dengan Air Panas Mendidih
• Paket Lengkap Man City untuk Lionel Messi, Segini Harga yang Ditawarkan
• Nasabah BNI Paling Banyak Dapatkan BLT Rp 600 Ribu, Ini Cara Cek Terdaftar atau Tidak
Konsumen tradisional lebih memilih berbelanja di pasar tradisional yang keputusan berbelanja atau transaksi ditentukan oleh harga dan daya beli masyarakat.
Berbeda dengan konsumen semi modern, sebelum pandemi keputusan berbelanja sangat ditentukan oleh mutu intrinsik.
Ketika pandemi datang dan di era new normal, konsumen semi modern ini juga ikut memperhatikan harga dalam melakukan keputusan berbelanja.
Kemudian bagi konsumen modern, kualitas suatu produk sangat diperhatikan sekali, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.
Konsumen modern ini juga cenderung berbelanja dengan online system dan ingin priduknya tepat waktu dan aman untuk digunakan.
"Nah ini perbedaan-perbedaan yang terjadi yang kita harus tangkap," tuturnya.
Menurut Prof Supartha, di Bali sangat tinggi sekali pergerakan masyarakat yang awalnya sebagai konsumen tradisional kini menjadi semi modern dan dari konsumen semi modern ke konsumen modern.
"Nah walaupun ada pandemi, pergerakan sedikit berbeda ketika sebelum pandemi," jelasnya. (*)