Arti kebersamaan sendiri sangat luas. Diantaranya adalah kebersamaan potensi.
Dengan tema ini berharap PWNU Bali dapat menyatukan semua potensi termasuk meningkatkan potensi generasi milenial dalam menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama.
Tahun 2026 merupakan satu abad Nahdlatul Ulama dimana eksistensi NU semakin meningkat.
Generasi milenial mulai menjadi generasi penggerak NU dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Maka dari sekarang genetika milenial harus ditanamkan sikap menyama beraya.
"Kalau tidak kita tekankan panyamabrayan kalangan milenial, kawatir apa yang telah dibagun oleh tokoh NU sejak dahulu akan tergerus. Pemikiran sekarang banyak dirasuki fundamental dan cenderung tidak adaptasi. Kebersamaan antar agama sudah sangat bagus dalam konteks membangun kebangsaan. Ke depan konsep menyama braya dapat dilanjutkan dan tidak diikutkan paham-paham intoleransi yang jauh dari NU," papar KH. Abdul Aziz.
Selama pelaksanaan Konferwil ini, semua peserta maupun panitia wajib menerapkan protokol kesehatan. Mengingat bahwa Konferwil kali ini dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19.
Karena hal inilah yang menyebabkan Konferwil mundur beberapa bulan dari semestinya.
Peserta Konferwil tahun ini juga terbatas. Setidaknya ada maksimal 100 orang dari kapasitas aula yang dapat menampung 1000 orang.
Peserta Konferwil terdiri dari para Pengurus Wilayah, perwakilan lembaga dan banom serta perwakilan Pengurus Cabang masing-masing sebanyak empat orang.
Adapun hadir dari pejabat daerah yaitu Gubernur Provinsi Bali yang akan membuka secara resmi Konferwil VII Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali, kemudian hadir dari Kapolda Provinsi Bali, Pangdam Udayana Provinsi Bali, Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Bali, Kapala Pengadilan Agama Provinsi Bali, para tokoh, Walikota Denpasar, Bupati Badung dan lainnya. (*)