Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Perkembangan kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar, Bali, seminggu terakhir ini terus mengalami peningkatan.
Bahkan berdasarkan data terakhir kumulatif kasus positif Covid-19 hampir mencapai 2.000-an kasus yakni 1.909 kasus.
Selain kasus positif Covid-19, selama seminggu kasus kematian juga terus terjadi.
Hal ini berdampak pada ketersediaan ruang isolasi di RSUD Wangaya.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai mengatakan, sampai saat ini ruang isolasi di RSUD Wangaya hampir penuh.
“Kami cek ke RSUD Wangaya tingkat keterisian ruang isolasi di RSUD Wangaya sudah 99 persen, nyaris penuh dan waktu ini sempat penuh. Saat ini hanya tersedia 1, 2 ruangan lagi,” kata Dewa Rai, Kamis (10/9/2020) saat diwawancarai di ruangannya.
Pihaknya mengatakan, yang awalnya menyediakan 12 ruang isolasi, yakni di Ruang Merak sudah lama penuh.
Sehingga ditambah beberapa ruangan lagi dengan menyulap Ruang VIP menjadi tempat isolasi dan totalnya menjadi 41 ruang isolasi.
Akan tetapi ruangan tersebut sudah hampir penuh.
Dikarenakan hal tersebut, Pemkot Denpasar menambah 11 ruang isolasi lagi di RSUD Wangaya untuk antisipasi.
“Hari ini sudah mulai disiapkan 11 ruang isolasi lagi. Kami sulap ruang tamu VIP menjadi tempat isolasi baru,” kata Dewa Rai.
Dewa Rai menambahkan, yang dirawat di RSUD Wangaya tidak semua yang positif Covid-19, melainkan hanya yang memiliki gejala berat.
Sedangkan yang bergejala ringan disarankan isolasi di beberapa rumah singgah yang telah disediakan di Bapelkes, Pering, Wisma Bima.
Akan tetapi kondisi rumah singgah tersebut pun mulai penuh.
Oleh karena itu, beberapa pasien positif Covid-19 yang bergejala ringan melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
“Yang bergejala ringan bahkan ada yang kami sarankan isolasi mandiri di rumah. Yang dirawat di ruang isolasi RSUD Wangaya hanya yang memiliki gejala berat atau penyakit bawaan,” katanya.
• 2 Pasien Covid-19 Meninggal di Denpasar, Positif Bertambah 46 Orang, Sembuh 10 Orang
• Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Bali Hampir Penuh, 90 Persen Tempat Tidur Sudah Terpakai
• Update Covid-19: Jakarta Tarik Rem, Kembali Liburkan Siswa dan Tutup Tempat Hiburan
Sementara itu, sampai saat ini di Kota Denpasar sudah 126 tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19.
“Itu 126 orang baik dokter, perawat maupun bidan dari awal pandemi ini,” imbuhnya.
Selain itu beberapa Puskesmas juga sempat ditutup dikarenakan ada tenaga kesehatan Puskesmas tersebut terpapar Covid-19.
Diberitakan sebelumnya, rumah sakit rujukan di Bali hampir penuh.
Kapasitas tempat tidur yang sudah terpakai 90 persen karena jumlah pasien positif Covid-19 terus meningkat belakangan ini.
Data per Rabu (9/9/2020) kasus positif di Bali 6.723 bertambah 174 orang.
Pasien yang masih dalam perawatan sebanyak 1.259 orang.
Sedangkan pasien meninggal dunia sebanyak 142 orang dan total pasien yang sembuh sebanyak 5.322 orang atau bertambah 97 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya mengatakan, satu di antara penyebab meningkatnya kasus positif adalah kurangnya disiplin masyarakat mematuhi protokol kesehatan.
"Kasus meningkat, mengapa? Salah satunya adalah kurangnya disiplin, masih banyak orang yang berkerumun, tidak pakai masker. Ketika ada ajakan untuk tidak pakai masker ini efeknya akhirnya banyak orang yang membawa virus," katanya, Rabu (9/9/2020).
Dia menjelaskan, jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Bali sebanyak 778 buah.
Sejauh ini 90 persen tempat tidur 19 telah terpakai.
"Untuk tempat tidur sebenarnya masih ada. Tetapi sudah hampir penuh. Kalau bertambah lagi jadi penuh. Strategi pertama, kami menyiapkan tim manajemen untuk distribusi rujukan yang lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.
Suarjaya mengatakan, alokasi rumah sakit rujukan akan diatur sebagai berikut. Pasien Covid-19 dengan gejala berat akan dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar.
Pasien dengan gejala sedang akan dirujuk ke RS Unud, RS Bali Mandara serta rumah sakit di daerah.
Sedangkan pasien dengan gelaja ringan akan dirujuk ke rumah sakit lainnya.
• Pasien Covid-19 Meninggal di Karangasem Terus Meningkat
• Lagi, 2 Pasien Covid-19 Meninggal di Denpasar, Positif Corona Melonjak 46 Kasus
• Kasus Covid-19 Melonjak, Status Buleleng Berubah Jadi Zona Merah
• Update Covid-19 di Bali 9 September 2020: Positif 174 Orang, Sembuh 97 Orang, Meninggal 14 Orang
"Sampai saat ini ada 55 rumah sakit yang mampu melayani pasien Covid-19. Kapasitas saat ini 783 pasien. Strategi kedua, kami akan menambah kapasitas tempat tidur di seluruh rumah sakit. Semua rumah sakit sudah saya minta menambah tempat tidur dan SDM-nya," kata Suarjaya.
Menurut dia, strategi ketiga untuk menangani lonjakan jumlah pasien Covid-19 yaitu menambah lokasi donor plasma konvalesen. Sebelumnya hanya terdapat di RSUP Sanglah dan RSUD Unud.
"Siap-siap RS Bali Mandara akan juga melakukan terapi plasma konvalesen ini," kata Suarjana.
Tingginya pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar diakui Direktur Utama RS itu, I Wayan Sudana saat bertemu Koordinator Staf Khusus Presiden, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana, Selasa (7/9/2020).
Dalam siaran pers Stafsus Presiden RI yang diterima Tribun Bali disebutkan, kepada Dwipayana, I Wayan Sudana menyampaikan penanganan pasien Covid-19 di fasilitas kesehatan yang dipimpinnya itu.
Mulai dari kesiapan mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien Covid-19 serta keterbatasan tempat tidur yang harus segera mendapatkan perhatian.
Sudana menuturkan, saat ini angka rasio hunian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) untuk pasien Covid-19 di RSUP Sanglah sudah mencapai 94,39 persen.
"Kondisi ini perlu segera diantisipasi dengan menyiapkan ruang-ruang perawatan baru agar siap setiap saat, jika tiba-tiba terjadi lonjakan pasien," kata Sudana.
Manajemen RSUP Sanglah juga memberikan masukan agar pemerintah mempertimbangkan pemberian insentif bagi tenaga non medis yang juga telah bekerja keras dalam penanganan pasien Covid-19.
Dalam kesempatan itu, Ari Dwipayana mengucapkan terima kasih kepada para tenaga medis yang selama pandemi telah menjadi ujung tombak penanganan Covid-19.
(sup/ana)