Masyarakat Pesisir Dilibatkan Program Padat Karya Penanaman Mangrove, Diupah Rp 110 Ribu Per Hari

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani
Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Menteri LHK, Alue Dohong melakukan penanaman mangrove bersama sejumlah kelompok masyarakat di Pantai Teluk Terima, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, pada Jumat (23/10/2020).

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG – Kementerian Lingkungan Hidup dan Hutan (LHK) membawa program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke Buleleng, melalui padat karya penanaman mangrove.

Masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19 diajak untuk bekerja menanam mangrove, lalu diupah sebesar Rp 110 ribu per harinya.

Mengawali program tersebut, Wakil Menteri LHK, Alue Dohong didampingi Kepala Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Unda Anyar-Bali Titik Wurdiningsih melakukan penanaman mangrove bersama sejumlah kelompok masyarakat di Pantai Teluk Terima, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali pada Jumat (23/10/2020).

Baca juga: 91 WBP Lapas Kerobokan Terkonfirmasi Positif Covid-19, Surya Dharma : Jumlah Bisa Terus Bertambah

Baca juga: Realisasi Anggaran Penanganan Covid Sudah 35 Persen, Sisa Anggaran Untuk Bantu Penanganan Bencana

Baca juga: Berperan Sebagai Pilar Keempat Demokrasi, Ikatan Media Online Indonesia Fasilitasi Legalitas Anggota

Ditemui seusai kegiatan, Alue Dohong mengatakan, untuk di Bali, penanaman mangrove melalui program padat karya ini akan dilakukan di lahan seluas 100 hektar.

Sementara khusus untuk di wilayah Buleleng, dilakukan di Desa Sumberklampok 8 hektare, Desa Pejarakan 10 hektare, dan di wilayah Taman Nasional Bali Barat (TNBB) seluas 40 hektare.

“Secara keseluruhan, anggaran program padat karya penanaman mangrove di Bali ini sebesar Rp 2.5 Miliar,” terangnya.

Baca juga: Mitra Devata Agendakan Tiga Laga saat Tur, Ini Deretan Legenda Sepakbola Indonesia yang Siap Tampil

Baca juga: Layangan Tersangkut di Pesawat Citilink dari Jakarta yang Akan Mendarat, Bawa 54 Penumpang

Baca juga: Via Vallen Bersuara Setelah Video Klipnya Dihujat Fans Kpop Karena Tudingan Jiplak Penyanyi IU

Selain dapat memulihkan perekonomian masyarakat selama pandemi covid-19, Alue Dohong juga berharap, program ini juga bisa memulihkan ekositem mangrove di Buleleng.

“Kondisi mangrove di Bali khususnya Buleleng ini sebenarnya masih lebih baik bila dibandingkan dengan wilayah lain. Hanya ada beberapa spot saja yang rusak, makanya Bali hanya mendapatkan jatah 100 hektar,” ucapnya.

Baca juga: BREAKING NEWS - Swab Test, 91 WBP Lapas Kerobokan Terkonfirmasi Covid-19

Baca juga: Potret Claire Herbowo Putri Shandy Aulia Curi Perhatian Saat Kenakan Kebaya Khas Bali

Baca juga: Siapkan Debat Paslon, KPU Badung Akui Sudah Rangkum Pertanyaan Masyarakat

Sementara Kepala BPDASHL Unda Anyar-Bali Titik Wurdiningsih menjelaskan, program padat karya penanaman mangrove ini akan dilakukan selama tiga bulan ke depan, dengan melibatkan sebanyak lima kelompok masyarakat yang selama ini telah bermitra dengan wilayah konservasi.

Terkait sistem pengupahan, Titik menyebut akan diberikan langsung oleh pemerintah pusat, melalui rekening masing-masing pekerja.

Di mana, upah yang didapatkan sebesar Rp 110 ribu per orang dan per harinya.

"Karena ini program padat karya, bibit mangrove yang ditanam oleh masyarakat diadakan sendiri. Entah itu dibuat sendiri, atau bagaimana terserah nanti pusat yang bayar,” ucapnya.

Baca juga: Siapkan Debat Paslon, KPU Badung Akui Sudah Rangkum Pertanyaan Masyarakat

Baca juga: Raden Pardede Sebut Target Pemulihan Ekonomi Covid-19 Minimal Tumbuh 5 Persen

Baca juga: Ibu Hamil Dirampok dan Dibunuh Pria yang Diboncengnya, Tersangka: Saya Minta Tolong Numpang

Sementara terkait pemeliharaan kedepan pasca bibit mangrove yang ditanam, Titik mengaku akan diserahkan langsung kepada masyarakat.

Ia berharap, 80 persen dari bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan baik. Sebab mangrove sendiri sangat berguna untuk mencegah terjadinya abrasi, serta dapat memecah gelombang besar dan tsunami.

Baca juga: 5 Fakta Pembunuhan Yulia, Dipukul Dua Kali Pakai Linggis Sebelum Dibakar Dalam Mobil

Baca juga: Diterkam Buaya Saat Mencari Ikan, Kakak Beradik Tarik-menarik Melawan Buaya

“Masyarakat yang ikut program ini kan masyarakat pesisir. Mereka juga kelompok yang sudah bermitra dengan wilayah konservasi. Jadi mereka sudah tau bagaimana manfaatnya."

"Meskipun tidak ada biaya untuk pemeliharaan, secara otomatis mereka pasti akan melakukan pemeliharaan. Kalau ada bibit yang mati, akan langsung diganti oleh mereka,” jelasnya. (*)

Berita Terkini