Sampah Kiriman justru Jadi Berkah Bagi Warga Pesisir Pantai Balian Tabanan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemandangan sampah kiriiman di Pantai Balian atau yang lebih dikenal Balian Beach di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Selasa (27/10/2020).

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Sampah kiriman terlihat berserakan di Pantai Balian yang terletak di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Selasa (27/10/2020).

Sampah yang didominasi organik atau kayu ini menghiasi pemandangan sepanjang pantai setempat.

Namun hal tersebut justru menjadi berkah bagi masyarakat sekitar, sebab kerap dimanfaatkan menjadi kerajinan dan sebagiannya menjadi kayu bakar.

Hal berbalik justru terjadi di kawasan Tabanan timur seperti di wilayah Kecamatan Kediri, Kerambitan, hingga Selemadeg Timur.

Baca juga: Lakukan Sidak Masker di Petang, Tim Yustisi Prokes Badung Belum Berikan Sanksi Denda

Baca juga: Apel Gelar Pasukan TNI, Bupati Artha Harapkan Pilkada Damai Lancar dan Kondusif

Baca juga: Jika Karyawan Tetap Kerja Saat Cuti Bersama, Menaker Ida Fauziyah: Berlaku Upah Lembur

Di lokasi tersebut sampah kiriman lebih banyak didominasi sampah plastik sehingga perlu penanganan ekstra.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan pun menyatakan, untuk sampah organik biasanya diolah di tempat atau dimanfaatkan warga setempat.

Sedangkan, untuk sampah plastik dikerjasamakan dengan bank sampah setempat dan sebagian langsung dibawa menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung.

Baca juga: Tampil Semakin Elegan dengan Lexi Warna Baru

Baca juga: Satlantas Polresta Denpasar Sebut Titik Ini Rawan Laka & Macet, Petugas Antisipasi Jalur Tersebut

Baca juga: Libur Oktober 2020, Satgas Antisipasi Ekstra Obyek Wisata Bali, Ini Kata Brigjen TNI Candra Wijaya

"Sampah kiriman ini memang selalu terjadi setiap tahun. Kita sudah antisipasi karena ini kejadian alam akibat angin yang membawa tersebut. Kita sudah mulai bergerak dengan desa setempat dan instansi terkait. Karena potensinya di akhir tahun terjadi," jelas Kadis Lingkungan Hidup Tabanan, I Made Subagia, Selasa (27/10/2020).

Di Tabanan, sebut dia, ada 12 Desa pesisir di 6 Kecamatan di Tabanan yang memang selalu menjadi lokasi penerima sampah kiriman setiap tahunnya.

Selama ini pihaknya bersama masyarakat dab komunitas peduli lingkungan melakukan pembersihan secara berkala.

Baca juga: Benny Tjokro Divonis Seumur Hidup, Terbukti Korupsi Kasus PT Asuransi Jiwasraya dan Pencucian Uang

Baca juga: Wimas Putri Rilis Single Debut Ada Karena Cinta, Kisahkan Persahabatan dan Cinta

Baca juga: Jelang Libur Panjang, Penumpang di Pelabuhan Padang Bai Karangasem Masih Sepi

"Kita biasanya lakukan pembersihan melibatkan masyarakat setempat serta pemerhati atau komunitas lingkungan. Biasanya melakukan clean up langsung di lokasi. Jadi ini merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah," kata Subagia.

Telebih, kata dia, peristiwa 10 Oktober lalu yang menyebabkan peristiwa banjir disebabkan oleh saluran air yang tak baik.

Saluran tersebut justru tersumbat oleh sampah yang ada.

Sehingga kedepan edukasi mengenai larangan buang sampah ke saluran air harus lebih banyak. Dan tentunya yang lebih penting adalah kesadaran masyarakat.

"Intinya jangan buang sampah lagi ke saluran lagi karena ketika saluran tersumbat, yang terkena dampaknya adalah kita lagi," imbaunya.

Subagia juga menyatakan, saat ini pihaknya bersama sejumlah komunitas lingkungan mulai bergerak dengan sosialisasi dan edukasi tentang dampak baiknya sampah jika dikelola dengan baik.

Salah satunya adalah dengan teba komposter yang sesuai dengan penerapan penanganan sampah berbasis sumber.

"Kita juga sudah lakukan pelatihan untuk pengelolaan sampah berbasis sumber. Ini sangat penting karena bagaimana sampah tersebut harus kita selesaikan sejak diri kita. Ketika sampah sudah berhasil kita olah masing-masing, nantinya sampah tak akan lagi ada di lingkungan kita. Tapi dengan catatan pengelolaan berbasis sumber ini harus dilakukan dengan baik," jelasnya.

Kemudian mengenai penanganan sampah kiriman, Subagia menyatakan di Tabanan tak separah wilayah lainnya seperti Pantai Kuta.

Sebab, beberapa daerah juga rutin gotong-royong untuk melakukan pembersihan pantai.

Jika daerah lain juga melakukan pembersihan namun secara berkala.

"Yang biasanya rutin menggelar bersih-bersih sampah adalah daerah wisata seperti Pantai Yeh Gangga. Kemudian untuk pantai lainnya dilakukan secara berkala," ucapnya.

Setiap tahun, biasanya sampah kiriman diselesaikan di lokasi.

Jika untuk sampah organik kerap dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dibakar, kemudian untuk sampah plastik kerap dikerjasamakan kepada bank sampah setempat.

Sampah Kiriman Jadi Berkah Sebagian Warga

Perbekel Lalanglinggah, I Nyoman Arnawa menyatakan, masalah sampah di Pantai merupakan masalah bersama dan wajib juga menjadi tanggung jawab bersama.

Sebab, permasalah sampah kerap bertumpu pada titik akhir yakni Pantai, padahal sebenarnya banyak sampah kiriman baik plastik maupun organik (kayu) yang datang dari hulu atau datang dari aliraan sungai.

"Kami di desa memang secara rutin melakukan kegiatan bersih-bersih di Pantai. Seperti di Pantai Balian kita di desa bergotong-royong untuk melakukan pembersihan secara berkala juga," ujarnya, Selasa (27/10/2020).

Nyoman Arnawa menyebutkan, selain menjadi masalah, sampah kiriman yang terjadi ini justru juga menjadikan berkah bagi masyarakat sekitarnya.

Sampah kiriman berupa kayu tersebut kerap dimanfaatkan warga sebagai kayu bakar maupun kerajinan.

Bahkan ada salah satu warganya uang berhasil mengolah sampah kiriman tersebut menjadi kerajinan, dan hasil dari kerajinan tersebut suday mampu menyekolahkan anaknya hingga tamat di perguruan tinggi.

"Jadi ada berkah yang bisa diperoleh oleh masyarakat. Baik itu untuk kayu bakar dan juga untuk kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi."

"Salah watu warga saya justru sudah berhasil menamatkan kuliah anaknya karena kerajinan dari sampah kiriman di pantai ini. Kerajinan tersebut biasanya dijual ke Ubud, Gianyar," ungkapnya.

Namun, kata dia, meskipun begitu persoalan sampah ini harus menjadi tanggung jawab semuanya baik itu pemerintah maupun masyarakat.

Sebab, sampah terutama plastik harus benar-benar diolah atau dikelola dengan baik agar tak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat nantinya.

"Intinya adalah masalah sampah ini menjadi tanggung jawab bersama tak terkecuali. Karena sumber dari sampah ini bukan datang dari wilayah pesisir itu sendiri melainlan lebih banyak dari hulu seperti dari sungai dan lainnya lagi," tegasnya. (*)

Berita Terkini