Berita Bali

Dihantam Pandemi, Bali Sudah Kehilangan Rp 116 Triliun dari Pariwisata

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Sejumlah wisatawan menanti sunset di penghujung tahun 2020 di Objek Wisata Tanah Lot, Tabanan, Kamis (31/12/2020).

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengatakan, pandemi Covid-19 sangat memukul pariwisata Bali.

Dilihat devisa yang dihasilkan, Bali telah rugi sebanyak Rp 9,7 triliun dalam sebulan.

"Kalau dari rujukan devisa kerugian devisa itu kan 9,7 triliun per bulan. Jadi tinggal dikalkulasi sudah berapa bulan kami sudah tidak menerima (wisatawan). Sepi lah. Sudah 116 Triliun per tahun itu kalau kami kalkulasi," kata Astawa, Minggu 24 Januari 2021.

Tak hanya rugi dari segi devisa yang dihasilkan, jika dari indikator ekonomi, Covid-19 juga menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi Bali minus, banyak pekerja yang dirumahkan dan tutupnya restoran-restoran.

Di sisi lain, kebijakan pembukaan wisatawan domestik belum terlalu dapat menunjang pendapatan bagi pelaku pariwisata Bali.

Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Bakal Ngantor di Bali, Ingin Rasakan Geliat Pemulihan Pariwisata Bali

Pasalnya, wisatawan domestik biasanya ramai melakukan perjalanan ketika musim liburan seperti adanya cuti bersama dan sebagainya.

"Kalau tidak liburan pasti sepi kalau domestik kita. Yang mendominasi kan adalah situasi liburan," tutur mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali itu.

Astawa menyontohkan, seperti saat ini misalnya yang tidak pada musim liburan, kunjungan wisatawan demestik ke Bali sangat sepi.

Situasi ini diperparah lagi dengan adanya pengetatan melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Mungkin akhir tahun atau liburan anak-anak sekolah atau cuti bersama pasti ada peningkatan jumlah kunjungan," tuturnya.

Oleh karena itu, menurut Astawa, di luar situasi liburan, para pelaku pariwisata dipastikan lebih terpukul sehingga untuk memulihkan seperti sedia kala masih membutuhkan waktu.

Pariwisata Bukan Segalanya
Serangan virus Corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) nampaknya mulai menyadarkan masyarakat Bali bahwa pariwisata bukanlah segala-galanya.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud), Prof I Wayan Windia mengungkapkan, kesadaran ini sempat diperdebatkan dalam ujian promosi doktor Program Studi Lingkungan Hidup Nyoman Sudipa sebulan yang lalu.

Dalam penelitiannya, Sudipa menemukan bahwa serangan korona telah membangun kesadaran baru masyarakat Nusa Penida bahwa pariwisata tidak menjamin ekonomi rakyat bisa berlanjut.

Wisatawan asing bermain dan menanti sunset di Pantai Batu Bolong, Kuta Utara, Badung, Selasa (29/12/2020). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

"Ia (Sudipa) menandaskan bahwa pariwisata harus dianggap sebagai bonus dari kegiatan pertanian, dan budaya masyarakat Bali," kata Windia dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tribun Bali, Kamis 21 Januari 2021.

Halaman
12

Berita Terkini