Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di tengah hiruk pikuk padatnya aktivitas Pasar Bunga Wangaya, Denpasar, Bali, terdapat kisah memilukan dari keluarga etnis Tionghoa yang bermukim di Jalan Kartini No.74, Wangaya Kelod, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara.
Bangunan ruko dua lantai dengan pintu regol berwarna coklat kusam dan penuh coretan cat pylox itu tampak tidak ada aktivitas, pada Rabu 24 Maret 2021 sore ini.
Hanya ada para penjual bunga yang menggelar lapaknya di sekitaran ruko bak bangunan tak berpenghuni di jalan satu arah itu, pasca penghuninya nenek GSI (69) jatuh sakit dengan kondisi dipenuhi belatung, sehingga saudara yang biasa berjualan karpet di toko tersebut juga kini harus menjaga di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, tidak jauh dari lokasi.
Di samping ruko milik keluarga itu terdapat sebuah pintu masuk yang sudah dalam kondisi rusak, sehingga terlihat bagian dalam tempat dua bersaudara itu tinggal dengan kondisi bisa dikatakan tidak layak.
Baca juga: Begini Kondisi Terkini Nenek Tak Terawat dan Penuh Belatung yang Ditemukan di Jalan Kartini Denpasar
Dari lorong pintu masuk selebar kurang lebih 1 - 1,5 meter tersebut di dalamnya terdapat seperti blok beberapa bangunan rumah namun tidak berpenghuni sehingga terkesan menyeramkan.
Ada tumpukan batu bata merah, dan lokasi di dalamnya seperti tidak terawat, begitu pula dari tampak depan bangunannya tampak atap plafon yang jebol dan berdebu.
Tak hanya itu, menurut penuturan penjual bunga di sekitar, keluarga ini selama bertahun-tahun hidup tanpa lampu penerangan.
"Setiap malam gelap tidak ada lampu penerangan sudah bertahun-tahun kondisinya seperti itu," terang penjual bunga di depan, Nyoman Sarji kepada Tribun Bali.
Berdasarkan data yang dihimpun Tribun Bali, GSI hanya tinggal bersama saudara sekandungnya berinisial SA (58), keduanya belum berkeluarga, sementara orang tuanya sudah meninggal dunia dan diwariskan kepada dua bersaudara ini.
Selama ini dua bersaudara ini diberi makanan oleh sanak keluarga lain/keponakannya dengan dikirimkan.
Namun keponakan seringkali hanya menyampaikan makanan kepada sang adik di depan toko sehingga tidak mengetahui kondisi bibinya.
Nyoman Sarji menuturkan, bahwa terakhir kali melihat GSI sekitar dua bulan yang lalu.
GSI sendiri dikenal warga sekitar seperti mengidap gangguan kejiwaan.
"Saya melihat terakhir 2 bulan yang lalu, keluar jalannya berduyun-duyun, pakai tongkat, hanya duduk di depan saja, tidak ngobrol, duduk di depan sambil melihat jalan dan aktivitas penjual bunga, memang seperti ada gangguan kejiwaan," bebernya.
Baca juga: Percepat Serangan Jadi Zona Hijau, Puskesmas 3 Denpasar Selatan Adakan Vaksinasi Covid-19 Massal
Toko Redjeki yang dikelola sang Adik, SA biasa buka pukul 09.00 Wita sampai dengan 21.00 Wita.
"Biasanya buka jam 9 pagi sampai jam 9 malam, ini tutup mungkin menjaga kakaknya yang sakit," katanya.
Nyoman Sarji dan pedagang bunga lainnya mengaku tidak mengetahui GSI mengidap penyakit.
"Tidak, tidak pernah ada cerita masalah sakit," ujarnya.
Sosok SA, saudara GSI pernah berkomunikasi dengan Nyoman Sarji, ia mengaku pernah dinasihati untuk sabar dalam berjualan.
"Saya pernah dinasihati agar sabar saat berjualan, beberapa momen ngobrol ada kalau sama adiknya laki-laki, kalau sama yang kakaknya yang sakit belum pernah," ucapnya.
Hal senada disampaikan penjual warung makanan sekitar, Ketut yang menuturkan bahwa dua bersaudara itu bertahun-tahun hidup tidak menggunakan lampu penerangan dan kemarin sakit diangkut dengan ambulans ke RSUD Wangaya.
"Sudah lama tinggal di situ, lahir dan besar di sana, mungkin diwariskan orang tuanya, kemarin sakit dibawa ke RSUD Wangaya, hanya ada dua bersaudara itu di sana. Sudah 2 tahunan hidup tidak pakai lampu, ada bangunan yang roboh juga di dalam," ujarnya.
"Jualan sampai jam 9 malam buka juga tidak pakai lampu," imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Denpasar, Ardy Ganggas mengaku prihatin dengan kondisi dua bersaudara tersebut.
Baca juga: Kisah Nenek di Jalan Kartini Denpasar, Sakit Tak Terawat Hingga Baju dan Celana Penuh Belatung
"Ya menyedihkan, di tengah Kota Denpasar terjadi ada warga yang menderita dan tidak diketahui oleh tetangga.
Kondisi ekonomi, sangat menyedihkan.
Kita bersyukur, bisa evakuasi, mudah-mudahan segera diberikan tindakan yang layak," ucap Ardy.
Seperti diberitakan Seorang nenek ditemukan dalam kondisi memprihatinkan dengan baju dan celana dipenuhi belatung, Selasa 23 Maret 2021 kemarin.
Nenek berinisial GSI berusia 69 tahun ini dalam kondisi tidak terawat dan mengalami penurunan kesadaran serta diduga mengalami gangguan kejiwaan.
Nenek tersebut tinggal di sebuah rumah di belakang ruko yang kondisinya terbengkalai di pinggir Jalan Kartini, Denpasar, Bali.
Ia diketahui tinggal dengan adiknya yang juga sudah berumur, mereka berdua hidup dengan kondisi tidak layak.
Mereka mendapat suplai makanan dari keponakan sehari-harinya, namun keponakannya jarang langsung menengok kondisi GSI tersebut.
Tidak jarang pasien mengamuk.
Sementara adik dari nenek tersebut berjualan karpet di ruko di depan tempat tinggal tersebut yang juga dengan kondisi tidak layak dan penuh debu.
Sang keponakan meminta bantuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar untuk menangani GSI.
BPBD berkoordinasi dengan Damakesmas Denbar 2 untuk menangani pasien yang dalam kondisi memprihatinkan itu.
"Bantuan evakuasi orang sakit di Jalan Kartini Denpasar," ujar petugas medis Damakesmas Denbar 2, Novi kepada Tribun Bali, Rabu 24 Maret 2021.
Ia menjelaskan kondisi nenek itu lemah, kesadaran menurun sejak pagi harinya, napas berat, tampak tidak terawat, serta terdapat banyak belatung di baju dan celana.
Oleh petugas Damakesmas Denbar 2 nenek GSI dirujuk menuju Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar.
"Sudah dirujuk ke RS Wangaya," jelasnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Denpasar