TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA – Perasaan gelisah, dialami Sang Ayu Komang Sugiani (37) bersama suaminya Putu Budayasa (40).
Pasalnya, anak keempat dari pasutri asal Banjar Dinas Tangep, Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Buleleng ini menderita penyakit parah, dan membutuhkan tindakan operasi.
Sementara keduanya tak memiliki dana untuk membayar biaya pengobatan.
Bayi berusia tiga bulan, yang diberi nama Ketut Adi Sri Karlida itu mengalami sakit hisprung, atau kelainan pada usus besar.
Baca juga: BREAKING NEWS – Kebakaran Dua Hari Berturut-turut Terjadi di Buleleng, Hanguskan 2 Rumah dan Kios
Penyakit itu diderita oleh bayi malang tersebut sejak masih berusia 10 hari setelah dilahirkan.
Orang tuanya pun sudah beberapa kali memeriksakan buah hatinya itu ke rumah sakit, namun tak kunjung membaik.
“Mulanya kalau buang air besar selalu mencret. Sempat berobat ke dokter spesialis, katanya pencernaannya bermasalah.
Dikasih lah obat sama dokter. Setelah dikasih obat, sakit perutnya sempat hilang, kembungnya juga hilang.
Tapi setelah berusia satu bulan, penyakitnya kumat lagi. Perutnya kembung lagi.
Kalau mau buang air besar, harus dibantu dengan obat. Bahkan kalau dikasih ASI, selalu sesak.
Saya periksakan lagi ke dokter, dikasih obat lagi. Kata dokter, kalau sakitnya kumat lagi, harus dibawa lagi ke rumah sakit,” ucap Komang Sugiani.
Puncaknya, penyakit itu kian parah pada Rabu 24 Maret 2021 kemarin.
Bayi berjenis kelamin perempuan itu menangis tanpa henti. Perutnya pun kian membesar.
Khawatir dengan kondisi sang anak, Sugiani pun bergegas melarikannya ke IGD RSUD Buleleng.
Baca juga: Buleleng Masuk Zona Merah Covid-19, Sekda: Vaksinasi Akan Dilakukan Lebih Masif
Setibanya di RSUD, pihak dokter menyarankan agar Karlida menjalani operasi, untuk mengatasi kelainan pada usus besarnya.
Namun saran dokter itu tak dapat langsung disetujui oleh Komang Sugiani bersama suaminya, dengan alasan terkendala biaya.
“Anak saya belum punya jaminan kesehatan. Jadi di rumah sakit ini statusnya sebagai pasien umum.
Mengingat kondisinya sangat lemah, anak saya tidak diperbolehkan pulang. Harus dirawat inap,” katanya.
Kekhawatiran dokter pun terbukti. Baru satu hari dirawat di ruang Sakura RSUD Buleleng, kondisi kesehatan Karlida rupanya kian memburuk.
Bayi malang itu terus menangis, lantaran tak kuasa menahan sakit pada bagian perutnya.
Bahkan, Karlida juga sempat kejang-kejang dan hilang nafas.
Dokter pun bergegas memindahkan Karlida ke ruang NICCU, untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
“Saat hendak dipindahkan ke ruang NICCU, anak saya sempat tidak bernafas. Jantungnya juga lemah.
Setelah diberikan bantuan alat pernafasan, nafasnya sudah kembali normal.
Baca juga: UPDATE - Mayat Bayi Perempuan yang Ditemukan di Dusun Kloncing Buleleng Bali Diautopsi
Tapi sejak dipindahkan itu, sampai sekarang anak saya masih koma, belum sadarkan diri,” terang Komang Sugiani lirih.
Atas kondisi ini, Komang Sugiani pun berharap ada uluran tangan para darmawan, untuk membantu dirinya membayar biaya operasi yang nilainya mencapai Rp 45 juta.
“Suami saya hanya sebagai tukang mebel, sedangkan saya tidak bekerja.
Saya berharap sekali ada bantuan dari masyarakat, agar anak saya bisa segera dioperasi,” harapnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Buleleng