Para umat Hindu biasanya menghindari melakukan upacara keagamaan atau yadnya karena pada sasih ini kurang baik.
Walaupun demikian, ada juga unsur baiknya yaitu hari suci Tilem, karena sebagai keyakinan bahwa pada bulan mati ada kegelapan.
Bahkan di dalam kegelapan ada kesucian sinar suci serta di dalamnya juga terwujud adanya kesunyian atau sunia sebagai simbol kesunyian niyasa Bhatara Siwa.
Lontar Sundarigama, kata dia, mengatakan bahwa pada saat bulan mati sangat baik melaksanakan penyucian untuk menghilangkan segala dosa, noda, kekotoran dalam diri.
Sesaji yang dipersembahkan adalah canang wewangian, pada sanggah atau di parahyangan.
Juga di atas tempat tidur, yang dipersembahkan kepada bidadara dan bidadari.
Serta menghaturkan sesayut widyadari sebagai sarana memohon warenugeraha agar memperoleh hasil dalam melaksanakan segala kegiatan.
Hal seperti ini sangat tepat dilakukan oleh para umat Hindu, karena hari suci Tilem Jyesta yang diyakini sebagai bulan penuh sarwa mala.
Agama Hindu juga berlandaskan pada rasa yaitu adanya rasa yakin yang mendalam tentang pemahaman dan implementasi ajaran Dharma atau ajaran kebenaran yang bersumber pada sastra atau kitab- kitab suci berupa Weda.(*)
Artikel lainnya di Serba Serbi