Berita Bali

Ukuran Tempe Diperkecil, Produsen di Klungkung & Buleleng Keluhkan Harga Kedelai Tak Kunjung Turun

Penulis: Eka Mita Suputra
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pembuatan tahu di Banjar Gerombong, Desa Sulang, Klungkung, Senin (31/5/2021). Ukuran Tempe Diperkecil, Produsen di Klungkung & Buleleng Keluhkan Harga Kedelai Tak Kunjung Turun.

Dengan kenaikan ini, Ramdhani pun mengaku terpaksa mengurangi jumlah produksinya.

Dari yang biasanya menghabiskan 50 kilogram kedelai per hari, menjadi 40 kilogram per hari.

Hal ini juga praktis berdampak pada keuntungan yang diperoleh. Jika biasanya mencapai Rp 400 ribu per hari, kini berkurang menjadi Rp 200 ribu per hari. 

Baca juga: Total 13 Lumba-lumba Terdampar di Klungkung, Berikut Penjelasan BPSPL Denpasar

"Saya tidak bisa menaikan harganya, karena pembeli pasti protes. Saingannya juga banyak. Jadi terpaksa mengurangi produksi saja, yang penting lancar dan cukup untuk makan anak-anak," katanya. 

Pria yang sudah menekuni bisnis tempe dan tahun sejak belasan tahun ini menyebut, kedelai yang digunakan untuk membuat tempe dan tahu ini memang harus menggunakan kedelai yang diimport dari Amerika. Sebab kualitasnya jauh lebih baik.

Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah agar mengatasi masalah ini, sehingga harga kedelai import bisa kembali normal. 

"Kalau pakai kedelai lokal, lebih kotor. Saya trauma, karena banyak batu dan tanahnya. Jadi makan waktu untuk membersihkan. Kalau pakai kedelai import, lebih bersih dan kualitasnya lebih bagus," jelasnya.  (mit/rtu)

Berita Terkini