750 Dokter Praktek Mandiri di Kota Denpasar Juga Akan Mendapatkan Vaksin Booster Moderna

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Editor: Eviera Paramita Sandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 massal di Gedung Graha Sewaka Dharma Lumintang, Kamis 4 Februari 2021

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Selain tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19, ada 750 dokter yang melakukan praktek mandiri juga menjadi salah satu target vaksinasi dosis ketiga dengan menggunakan vaksin Covid-19 Moderna. 

Vaksinasi untuk 750 dokter tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Denpasar dengan Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

Ketika dikonfirmasi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Denpasar, dr. I Ketut Widiyasa mengatakan IDI Denpasar memfasilitasi dokter praktek mandiri ini untuk mendapatkan vaksinasi booster karena kelompok nakes ini diakuinya merupakan kelompok yang cukup sulit untuk mendapat akses vaksinasi tahap ketiga. 

"Namun demikian, saat ini syarat yang kami tetapkan cukup ketat supaya tidak terjadi kebocoran. Karena pada proses vaksinasi tahap pertama banyak pihak-pihak yang tidak berkempentingan mengaku sebagai nakes untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19," jelasnya pada, Jumat 27 Agustus 2021. 

Lebih lanjutnya, ia menjelaskan saat ini syarat pendaftaran telah diperketat dan menargetkan sebanyak 750 orang dokter praktek mandiri untuk menerima vaksin dosis ketiga.

Sementara itu, kendala para dokter yang melakukan praktek mandiri ini untuk dapatkan akses suntikan booster dikarenakan mereka tidak terdaftar di faskes yang ada. 

"Sehingga proses vaksinasi untuk para dokter praktek mandiri ini agak terlambat. Sejak pertama kali dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus lalu, sampai Kamis 26 Agustus 2021 lalu, jumlah dokter praktek mandiri yang sudah mendapat vaksinasi sebanyak 20 orang," tambahnya. 

Vaksinasi untuk dokter praktek mandiri ini, dilakukan di faslitas-fasilitas kesehatan yang ada di Denpasar dengan jadwal yang disesuaikan pada saat pendaftaran. 

Apakah Masyarakat Umum Akan Dapatkan Vaksin Booster? 

Vaksin dosis ketiga untuk para nakes menggunakan jenis Moderna.

Lantas, apakah vaksin Moderna juga akan digunakan untuk masyarakat umum?

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya mengatakan masih melakukan proses untuk hal tersebut. 

"Nanti ya. Masih kami proses kegiatan vaksinasi Covid-19 jenis Moderna untuk masyarakat umum," katanya saat dikonfirmasi Tribun Bali, Kamis 19 Agustus 2021.

Berdasarkan data per Rabu (18 Agustus 2021), jumlah nakes yang sudah tervaksin Covid-19 dengan menggunakan Moderna yakni sebanyak 19.239 orang atau 52,22 persen.

Adapun data jumlah nakes di Bali yang telah mendapatkan vaksin dosis ketiga antara lain: Kabupaten Buleleng sebanyak 2.067 orang, Karangasem 1.566 orang, Kota Denpasar 5.167 orang, Badung 4.025 orang, Jembrana 1.211 orang, Tabanan 1.869 orang, Gianyar 1.960 orang, Bangli 668 orang, dan Klungkung 706 orang.

Sementara total vaksin Covid-19 jenis Moderna yang sudah diterima Pemerintah Provinsi Bali yakni sebanyak 140.560 dosis.

Mengenal Vaksin Moderna

Seperti diketahui, dalam upaya mengendalikan pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia terus menggencarkan program vaksinasi.

Selain Sinovac dan AstraZeneca, pemerintah juga menggunakan Moderna untuk vaksin Covid-19.

Vaksin Moderna yang sebelumnya digunakan untuk booster tenaga kesehatan, kini mulai didistribusikan ke masyarakat umum.

Diberitakan Kompas.com, Kamis 12 Agustus 2021, Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan 5.102.300 dosis vaksin Moderna untuk vaksinasi Covid-19 di 34 provinsi.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa vaksin Moderna dosis satu dan dua dapat digunakan untuk masyarakat umum.

Namun, penggunaannya hanya untuk mereka yang berusia di atas 18 tahun.

“Moderna untuk masyarakat umum untuk dosis satu dan dosis dua untuk usia di atas 18 tahun,” ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/8/2021).

Meskipun juga diberikan kepada masyarakat umum, namun suntikan ketiga (booster) Moderna bagi para tenaga kesehatan juga terus dilanjutkan.

Nadia mengatakan, vaksin buatan perusahaan AS itu merupakan vaksin Covid-19 dengan platform mRNA dengan nukleosida dimodifikasi yang dapat membentuk kekebalan tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 sehingga dapat mencegah penyakit Covid-19.

Kemenkes mengarahkan agar vaksin Moderna disimpan dalam mesin pendingin pada suhu minus 25 derajat celsius sampai dengan minus 15 derajat celsius di fasilitas dinas kesehatan.

Hal itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor SR.02.06II/2025 /2021 yang ditandatangani Plt Sekjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu 4 Agustus 2021.

Sedangkan pada fasilitas pelayanan kesehatan, kata Nadia, vaksin Moderna dapat disimpan pada "vaccine refrigerator" suhu 2 hingga 8 derajat celsius.

Efikasi hingga Efek Samping Vaksin Moderna

Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito juga menjelaskan bahwa vaksin Moderna belum dapat diberikan untuk anak-anak.

Dia menjelaskan, penggunaan vaksin Moderna adalah untuk imunisasi pencegahan Covid-19 bagi kelompok usia 18 tahun ke atas.

"Vaksin Moderna belum bisa untuk anak di bawah 18 tahun. Ini untuk 18 tahun ke atas," ujarnya sebagaimana diberitakan Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

Adapun vaksin Moderna penggunaannya diberikan secara injeksi (suntikan) sebanyak dua kali dalam rentang waktu satu bulan.

Menurut Penny, berdasarkan data hasil uji klinis fase ketiga menunjukkan, efikasi vaksin Covid-19 Moderna mencapai 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun.

Sementara, untuk kelompok usia di atas 65 tahun, efikasinya menurun mencapai 86,4 persen.

Selain itu, hasil uji klinis fase ketiga juga menunjukkan vaksin Moderna aman untuk kelompok populasi masyarakat dengan komorbid atau penyakit penyerta.

Adapun komorbid yang dimaksud yakni penyakit paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit lever hati, dan HIV.

Tak jauh berbeda dengan vaksin Covid-19 lainnya, vaksin Moderna juga memiliki efek samping untuk penerimanya.

Munculnya efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) cenderung dapat ditoleransi dengan status tingkat keparahan satu dan dua.

Kejadian efek samping yang paling sering dirasakan, antara lain: Nyeri, Kelelahan Nyeri di tempat suntikan, Nyeri otot, Nyeri sendi, dan Pusing,

Adapun keluhan-keluhan ini biasanya dirasakan setelah seseorang menerima dosis kedua vaksin.

Keluhan efek samping ini sama untuk usia dewasa di bawah 65 tahun dan di atas 65 tahun.

Meski demikian, ada perbedaan dari sisi titer antibodi.

"Data imunogenitas yang merupakan tingkatan titer antibodi dan netralisasi menunjukkan bahwa memang untuk kelompok usia lansia lebih rendah dibandingkan usia dewasa," ujar Penny. (*)

Berita Terkini