TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seorang wanita di Denpasar, Bali, dikabarkan meninggal dunia setelah menjalani isolasi terpusat (isoter).
Namun faktanya wanita tersebut masih hidup dan kini tengah beristirahat di kampung halamannya.
Ketut JG yang berasal dari Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali ini sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 pada tanggal 24 Agustus 2021.
Ia kemudian menjalani perawatan isoter di Hotel Prime Biz Kuta.
Baca juga: RS di Bali Khawatir Akan Isu Kenaikan Tarif Angkutan Limbah Medis Covid-19
Sejak tanggal 3 September 2021, Ketut JG dinyatakan sehat usai melewati masa karantina di hotel.
Selanjutnya, ia kembali ke kampung halaman untuk beristirahat sampai saat ini, namun ternyata beberapa pihak menyebut Ketut JG telah meninggal dunia.
Sumber kepolisian kepada Tribun Bali mengatakan, bahwa Ketut JG merupakan seorang karyawan garmen yang tinggal di mess karyawan di Jalan Gunung Salak, Padangsambian Kelod, Denpasar Barat, Bali.
Setelah dikatakan meninggal dunia, anggota kepolisian Polresta Denpasar sempat mendatangi tempat kerjanya dan menanyakan ke pihak kantor.
Namun pihak kantor menepis kabar tersebut.
"Saat didatangi Bhabin, pihak kantor menyebut jika Ketut JG ini masih hidup dan tengah beristirahat di kampung halaman," ujar sumber kepada Tribun Bali, Minggu 5 September 2021.
Lebih lanjut diterangkan, Ketut JG setelah beristirahat akan kembali bekerja pada Selasa 7 September 2021.
Mengenai hal itu, pihak kepolisian Polresta Denpasar pun mencari informasi lebih lanjut.
Saat dilakukan pengecekkan lebih lanjut di kampung halaman Ketut JG, pihak kepolisian setempat mengatakan jika benar karyawan garmen tersebut tengah beristirahat di rumahnya.
"Setelah dicek memang benar, jika yang bersangkutan berada di rumahnya dan masih beristirahat," tambah sumber.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Mikael Hutabarat saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Pihaknya dari Tim Satreskrim Polresta Denpasar bersama jajaran tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait hal tersebut.
"Iya benar, dia (Ketut JG) masuk data meninggal tapi faktanya tidak meninggal," ujar Kompol Mikael Hutabarat, Minggu 5 September 2021.
Dalam kasus ini, rencananya akan ada beberapa pejabat yang dipanggil pihak kepolisian Polresta Denpasar.
Rencananya petugas akan melakukan penyelidikan terhadap data warga yang terkonfirmasi meninggal dunia karena Covid-19 yang tidak sesuai fakta di lapangan.
Adapun pihak terkait yang akan dipanggil, diantaranya Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar beserta jajaran.
Selain itu, Koordinator Satgas Covid beserta petugas lainnya, Direktur RS Sanglah, Direktur RS Wangaya berserta jajaran.
"Besok kita panggil mereka, untuk dilakukan pemeriksaan terkait hal tersebut," tambahnya.
Baca juga: Ini Kendala Pembuatan Tempat Pengelolaan Limbah Medis Covid-19 di Bali
Kadiskes Provinsi Bali Angkat Bicara
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, angkat bicara terkait wanita yang dikabarkan meninggal dunia setelah menjalani isolasi terpusat (isoter), yang tersebut masih hidup dan kini tengah beristirahat di kampung halamannya.
Sebelumnya JG terkonfirmasi positif Covid-19 pada tanggal 24 Agustus 2021, ia kemudian menjalani perawatan isoter di Hotel Prime Biz Kuta.
Mengenai hal tersebut, Suarjaya mengatakan, terdapat human error atau salah input oleh petugas penginput data yang bertugas pada saat itu.
"Itu memang ada human error, ada salah ngeklik. Tidak usah diperpanjang itu salah klik sehingga harusnya isolasi sudah sembuh malah diklik meninggal. Nanti tim pusat datang, kita rekon data jadi yang salah-salah kita benerin. Bisa saja terjadi human error," katanya, Senin 6 September 2021.
Lebih lanjutnya, Suarjaya mengatakan, petugas yang salah menginput data tersebut merupakan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
"Kadang-kadang mungkin karena banyak itu kan satu klik itu selesai isolasi intinya suttle akhir mungkin ngekliknya salah," tambahnya.
Sementara, hasil dari pemanggilan pejabat terkait oleh Polresta Denpasar, yakni pada datangnya tim pusat atau Kemenkes yang akan melakukan crosscek atau mengecek kembali data.
"Sebentar dari pusat akan melakukan crosscek data, termasuk yang itu (pasien sembuh yang dinyatakan meninggal). Data yang memang sebenernya dia sembuh dibilang meninggal kita sudah tanya ke Kabupaten yang menginput data ternyata dikatakan salah input," paparnya.
Sebelumnya, memang setiap rilis pasien Covid-19 meninggal yang dirilis dari Provinsi nantinya di lapangan akan dikonfirmasi ulang oleh Babinsa dan Babinkamtibmas untuk ngecek kapan pasien tersebut meninggal.
"Karena kesepakatan dari surat edaran kami merilisnya harus real time sehingga dari petugas di lapangan juga mengonfirmasikan apakah benar dia meninggal. Seperti kemarin apakah benar dia meninggal ? Kita kan sudah ada datanya namanya siapa, alamatnya dimana sehingga di lapangan Babinkantibmas kan mengecek. Dan setelah di crosscek di lapangan ternyata yang bersangkutan yang dibilang meninggal sudah sembuh dan sehat. Lalu selanjutnya melakukan konfirmasi data ternyata dikatakan salah input," terangnya.
Untuk langkah selanjutnya Kemenkes akan datang melakukan crosscek data.
Selain itu juga akan melakukan pengecekan data pusat dan daerah untuk sinkronisasi data agar tidak terjadi perbedaan. (*).
(Ahmad Firizqi Irwan/Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami)
Kumpulan Artikel Corona di Bali