TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - PT Tirta Mumbul Jaya Abadi (Yeh Buleleng) hingga saat ini terus berupaya menggali dana untuk membayar utang gaji 80 karyawannya, dengan total mencapai Rp 1.2 Miliar.
Upaya dilakukan dengan menjual berbagai asetnya, serta meningkatkan produksi air minum kemasan.
Pemegang saham mayoritas dalam hal ini PDAM Buleleng bahkan memberikan deadline kepada Yeh Buleleng intuk memperbaiki kondisi keuangannya tahun ini.
Baca juga: Bupati Ogah Intervensi Masalah, Pemotongan Gaji 80 Karyawan Yeh Buleleng
Baca juga: Bupati Agus Suradnyana Minta Masalah Gaji Karyawan Yeh Buleleng Diselesaikan Secara Profesional
Baca juga: Kasus Covid-19 Sempat Naik di Kamis Kemarin, Kadiskes Bali Sebut Akibat Cluster Tahanan di Mendoyo
Direktur Utama PDAM Buleleng, Made Lestariana mengatakan, pihaknya selaku pemegang saham mayoritas pada PT Tirta Mumbul Jaya Abadi telah sepakat untuk menyelesaikan utang gaji karyawan di perusahaan tersebut.
Dimana berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Sahan (RUPS) beberapa waktu lalu, ada empat upaya yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pertama, mengonversi utang gaji sebagai saham bagi karyawan.
Kedua melepas aset perusahaan milik Yeh Buleleng yang tidak produktif seperti tanah dan kendaraan, sebagai sumber likuiditas agar mendapatkan fresh money.
Ketiga, Yeh Buleleng akan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, dengan tambahan jaminan dari pemegang saham dalam hal ini PDAM Buleleng.
Sementara upaya keempat, PDAM Buleleng akan memberikan suntikan dana kepada Yeh Buleleng.
Namun dari ke empat upaya itu, Lestariana tidak menampik terjadi beberapa kendala.
Salah satunya terkait penjualan aset.
Di masa pandemi ini, penjualan aset berupa tanah seluas 74 are di daerah Desa Temukus, Kecamatan Banjar cukup sulit.
Sehingga Yeh Buleleng saat ini berupaya menjual beberapa aset kendaraan yang dimiliki.
"Tanah itu sebenarnya sudah mau dijual sejak dua tahun lalu seharga Rp50 jutaan. Tapi belum laku. Apalagi sekarang dimasa pandemi ini, mungkin bisa lebih sulit, bahkan harganya bisa lebih murah," ucapnya saat ditemui Jumat (14/1/2022).
Sementara terkait upaya peminjaman uang kepada pihak ketiga (bank) ungkap Lestariana juga nampaknya tidak bisa dilakukan.
Sebab pihak bank menilai kondisi keuangan Yeh Buleleng sedang tidak baik.
Untuk itu, pihaknya akan mengambil alternatif ke empat, berupa pemberian suntikan dana dari PDAM Buleleng.
"PDAM akan memberikan penyertaan modal. Tapi saat ini RKA belum terpasang. Penyertaan modal akan diberikan di semester ke dua," ungkapnya.
Dengan kondisi ini, pihaknya juga telah melakukan pertemuan dengan 80 karyawan Yeh Buleleng.
Dimana, pada tahun 2022 ini, perusahaan (Yeh Buleleng,red) berjanji akan memberikan gaji secara penuh kepada karyawan.
"Jadi khusus untuk tahun ini, gaji diberikan full sesuai dengan kesepakatan. Gajinya bisa dibayar per hari, atau per minggu. Sementara utang yang tujuh bulan itu, dipastikan akan dibayarkan juga, namun melihat kondisi perusahaannya. Kalau berkembang pesat, utang gajinya bisa dibayar full. Tapi kalau belum terlalu berkembang, kemungkinan akan dicicil," jelasnya.
Lestariana pun berharap pada 2022 ini, kondisi pandemi Covid-19 mulai membaik, sehingga tidak menurunkan omset penjualan PT Tirta Mumbul Jaya Abadi.
Namun, apabila dalam tahun ini kondisi perusahaan tetap terpuruk, maka tidak menutup kemungkinan pihaknya selaku pemegang saham mayoritas akan menutup PT Tirta Mumbul Jaya Abadi.
Baca juga: Gaji Dipotong, Karyawan Yeh Buleleng Mesadu ke DPRD
Baca juga: Bupati Ogah Intervensi Masalah, Pemotongan Gaji 80 Karyawan Yeh Buleleng
Baca juga: Diskes Badung Catat di Tahun 2021 Ada 340 Kasus DBD, Jumlahnya Menurun Dibandingkan Dengan 2020
"Selama pandemi omset turun sampai 60 persen. Jadi perusahaan rugi. Mudah-mudahan tahun ini bisa bangkit dan pulih. Saat ini kami berusaha memperbaiki manajemennya, produknya, marektingnya, dan SDMnya. Tapi kalau tahun ini nyatanya tetap tidak bisa pulih, kami akan ambil langkah strategis, berupa menutup anak perusahaan (PT Tirta Mumbul Jaya Abadi)," terangnya.
(*)