Dirinya pun menyesalkan keterlambatan pengangkutan sampah ini.
Padahal saat ini DLHK tidak lagi mengambil sampah di pinggir jalan, sehingga seharusnya bisa lebih cepat dalam pengangkutannya.
“Kan DLHK sekarang hanya ngangkut dari TPS ke TPA, seharusnya bisa lebih cepat dan truk yang antre di TPS bukan sampah antre berminggu-minggu menunggu truk datang,” katanya.
Baca juga: Efektifkan Pengelolaan Sampah, Kelurahan Panjer Sinergikan Bank Sampah dan TPS3R
Baca juga: 28 TPS3R Diserahkan ke Desa, Sampah di Tabanan Kini Dikelola oleh Desa
Baca juga: Jembrana dan Program STOP Sinergi Tangani Sampah Plastik
Warga sekitar TPS, Jahimo juga mengeluhkan kondisi ini.
“Ini sudah 9 hari tidak diangkut. Sangat-sangat mengganggu, apalagi malam-malam sampai tidak bisa tidur karena bau busuk sampah,” katanya.
Bahkan dengan penuhnya TPS ini dirinya mengaku kesulitan buang sampah.
“Kita tidak tahu lagi mau buang sampah ke mana kalau kayak gini kondisinya, sangat mengganggu,” katanya.
Terkait melubernya sampah ini Kepala Desa Tegal Kertha, I Putu Trisnajaya mengatakan pihaknya sudah melaporkan hal itu ke DLHK Kota Denpasar tiga hari lalu lewat Sekda Kota Denpasar.
Sekda menjanjikan akan menindaklanjuti hal tersebut, akan tetapi sampah malah sampai menggunung belum ditindaklanjuti.
Karena sampah semakin meluber ke jalan dan airnya menyebabkan jalan licin pihaknya pun memutuskan menutup jalan tersebut dengan pelang.
Bahkan ia mengatakan beberapa pengendara sampai jatuh akibat jalan yang licin oleh air sampah.
Menurutnya kejadian sampah sampai menutup jalan ini baru terjadi kali ini.
Baca juga: Warga Kwanji Geger, Bayi Laki-laki Ditemukan di Tumpukan Sampah di Badung
Baca juga: UPDATE: Bayi Malang yang Ditemukan di Atas Tumpukan Sampah Dititipkan di Yayasan Sayangi Bali
Biasanya dalam waktu dua hingga tiga hari sudah diangkut oleh petugas DLHK Kota Denpasar.
Ia mengatakan TPS ini dipergunakan oleh dua desa yakni Tegal Kertha dan Tegal Harum, namun karena beberapa TPS lain ditutup maka banyak warga yang membuang sampah ke sana.
“Kami hanya bisa mengkomunikasikan saja ke Pemkot Denpasar. Kalau di rumah-rumah sudah kami edukasi agar warga melakukan pemilahan, tapi sampai di TPS malah tercampur lagi,” katanya. (*)