Berita Tabanan

Tradisi Ketog Semprong di Kebun Raya Bedugul Tabanan, Warga Megibung di Hari Lebaran Ketupat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana tradisi Ketog Semprong yang diikuti oleh masyarakat dari berbagai daerah di Kebun Raya Eka Karya Bali atay Kebun Raya Bedugul di Banjar Candikuning II, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Senin 9 Mei 2022.

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Ratusan warga tampak berkumpul di lapangan Kebun Raya Eka Karya Bali atau Kebun Raya Bedugul di Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali, Senin 9 Mei 2022.

Adalah warga Banjar Candikuning II, Desa Candikuning serta warga dari daerah lain di Bali yang sedang menggelar tradisi Ketog Semprong.

Tradisi yang identik dengan megibung sagi atau makan bersama ini baru digelar setelah dua tahun absen karena pandemi. 

Sejatinya, tradisi ketog semprong ini sudah ada sejak dahulu atau turun temurun.

Baca juga: 2 Orang Digigit Anjing Rabies di Tabanan Belum Diketahui, Satu Orang Dapat Luka Gigitan Berisiko

Namun, baru belakangan ini atau 2014 lalu dirangkai menjadi seperti festival atau digelar dengan tampilan lebih meriah. 

Kepala Wilayah Banjar Candikuning II, Ariel Azkacetta menuturkan, tradisi yang biasa digelar setiap tahun terpaksa terhenti selama dua tahun atau sejak pandemi.

Hingga akhirnya, tahun ini baru bisa digelar lantaran kasus telah melandai. 

"Tradisi ini untuk momentum Lebaran Ketupat atau tujuh hari setelah Idul Fitri. Artinya hari ini dijadikan momentum untuk tumpah-ruah bekumpul bersama keluarga dan sebagainya," kata Ariel, Senin 9 Mei 2022.

Baca juga: WN Rusia Tanpa Busana di Tabanan Akan Segera Dideportasi

Dia melanjutkan, tradisi Ketog Semprong ini merupakan kearifan lokal dari warga Banjar Candikuning II Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali.

Tujuannya adalah untuk merajut tali silahturahmi, berkumpul, bercerita, dan sebagainya setelah mudik ke masing-masing tempat keluarganya.

Dalam tradisi ini, kata dia, hal yang identik dilakukan adalah Megibung Sagi atau makan bersama.

Sata megibung, warga akan mengeluarkan berbagai makanan seperti nasi daging, sayur dan olahan rempah dan lainnya sesuai apa yang dimasak.

Kemudian makanan digabung dan disantap secara bersamaan dengan duduk melingkar.

Selain itu, warga juga bisa menyaksikan langsung kesenian berakar Islam seperti Rodat, Kasidah, dan Hadrah.

"Sesuai namanya. Semprong. Itu alat meniup api saat menanak nasi di tungku. Ketika dihentakkan atau diketok abunya membentuk lingkaran. Filosofinya di sana," ungkapnya.

Menurutnya, selain warga Candikuning, juga ada warga dari beberapa daerah yang datang.

Tak lupa, sebagai wujud tolerasi umat beraga di Kecamatan Baturiti Tabanan, pihak prajuru juga melibatkan krama bali di sekitarnya.

Selain diundang, para nyama Bali ini juga ikut berkolaborasi dan mementaskan kesenian.

"Kalau saat ini, ada masyarakat dari luar Candikuning juga seperti Denpasar, Badung, Buleleng, Klungkung dan Karangasem sebagainya."

"Mereka ini sebenarnya tidak kami undang karen masih ada pembatasan, tapi mereka memang datang ke lokasi ketika mengetahui bahwa digelar tradisi ini," ungkapnya. (*)

Berita lainnya di Berita Tabanan

Berita Terkini