TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Para peternak babi di wilayah Bangli, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga.
Pasalnya, harga babi yang kini mulai kembali normal, justru terancam anjlok akibat merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Salah satu peternak babi di Bangli, Sang Putu Adil, Minggu 15 Mei 2022, mengungkapkan, sejatinya PMK ini sudah ada sejak lama.
Walaupun memang penyebarannya, tidak sampai ke wilayah Bali maupun Bangli.
"Penyebarannya hampir sama seperti virus Corona. Kalau tidak kontak, ya ndak akan tertular," ucapnya.
Baca juga: VIRUS PMK, Peternak Menjerit Karena Pengiriman Dibatasi, Harga Babi Lokal Turun Drastis
Sang Putu Adil. yang juga ketua Gupbi Bangli itu, mengungkapkan saat ini harga babi di Bangli sudah cenderung normal.
Pasca meredanya sebaran virus Asian Swine Fever (ASF) beberapa waktu lalu.
Yakni berada di kisaran Rp 39 ribu hingga Rp 40 ribu per Kilogram.
Baca juga: WASPADA! Kasus PMK Pada Ternak Ditemukan di Jatim, Bali Lakukan Hal Ini
Pihaknya mendukung langkah cepat, pemerintah untuk melockdown pengiriman ternak dari Jawa ke Bali maupun sebaliknya.
Sebagai upaya antisipasi penyebaran PMK di Bali.
Hanya saja, apabila keran pengiriman babi ditutup terlalu lama, bukan tidak mungkin harga babi akan kembali anjlok akibat stok berlebih.
Baca juga: Harga Daging Sapi Bakal Jatuh, Wabah Penyakit PMK, Pengiriman Ternak Bali ke Jawa Disetop
Peternak asal Desa Jehem, Kecamatan Tembuku itu mengungkapkan, saat ini kebutuhan babi di Jawa.
Utamanya Jakarta sangat mengandalkan pasokan dari Bali.
Ini disebabkan stok babi di wilayah lain sudah mulai menipis.
Baca juga: VIRUS PMK, Peternak Menjerit Karena Pengiriman Dibatasi, Harga Babi Lokal Turun Drastis
"Seperti Solo, tinggal 20 persen babinya. Sedangkan Lampung juga tidak terlalu banyak. Sehingga hampir 70 hingga 80 persen kebutuhan babi di Jakarta bergantung pada Bali," sebutnya.