TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Waspada! Kemenkes Duga Cacar Monyet Bisa Menular Lewat Udara
Virus cacar monyet hingga kini sudah terdeteksi di beberapa negara.
Baca juga: MANFAAT DAUN KELOR Bagi Kesehatan Tubuh, Bisa Kurangi Risiko Sakit Jantung
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Juru Bicara dr Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan bahwa hingga saat ini kasus cacar monyet belum ditemukan di Indonesia.
Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada. Kemenkes pun juga berupaya melakukan tindakan pencegahan, agar tidak terjadi penular infeksi virus monkeypox di Tanah Air.
“Hingga saat ini belum ada kasus (cacar monyet) yang dilaporkan dari Indonesia,” kata Mohammad Syahril dalam konfrensi pers virtual, dikutip dari Sehat Negeriku.
Lebih lanjut, ia juga memamparkan bagaimana cara penularan cacar monyet. Salah satunya adalah dengan melakukan kontak erat dengan manusia atau hewan yang terinfeksi, serta menggunakan benda yang sudah terkontaminasi.
Syahril juga mengingatkan adanya dugaan virus monkeypox dapat menular melalui udara.
“Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan,” ujarnya.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang bisa menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) dari famili poxvirdae.
Apabila terpapar oleh virus tersebut, maka masa inkubasinya mencapai 6 hingga 16 hari. Namun, pada beberapa orang mungkin lebih cepat atau lambat, yakni 5 sampai 21 hari.
Syahril mengatakan, pada fase awal infeksi yakni satu hingga tiga hari, gejala yang biasanya muncul adalah demam tinggi.
Selain itu, orang yang terinfeksi juga mungkin akan mengalami sakit kepala yang berat, nyeri punggung dan nyeri otot, lemas, dan kelenjar getah bening yang bengkak.
Ruam yang identik dengan penyakit cacar baru akan muncul saat sudah memasuki fase erupsi atau paling menular.
Ruam atau lesi biasanya akan muncul pertama kali di bagian wajah. Kemudian secara bertahap terlihat di bagian tubuh yang lain.
Menurutnya, lesi tersebut awalnya hanya berupa bintik-bintik merah saja. Lalu menjadi lepuh berisi cairan bening, berisi nanah, mengerah, dan akhirnya rontok.