Bahkan polisi sempat memberikan tembakan peringatan, hingga timah panas itu mengenai organ tubuh Edi Salman.
Pasca kejadian itu, Edi Salman pun mengira bahwa Ketut Vauzi lah yang membeberkan aksi pencuriannya itu kepada polisi.
Sehingga Edi Salman naik pitam, lalu menyerang Ketut Vauzi di rumahnya, hingga berujung pada kematian.
"Edi Salman sempat menunjukan selongsong peluru yang sempat ditembakan oleh anggota kami kepada Ketut Vauzi.
Edi Salman menyebut gara-gara Ketut Vauzi lah mereka jadi seperti ini.
Padahal Ketut Vauzi hanya memberikan saran kepada Edi Salman, dan teman-temannya agar tidak lagi melakukan aksi pencurian, jambret dan tindak kriminal lainnya.
Hingga akhirnya terjadi cekcok dan tindakan penganiayaan ini," terangnya.
Ketut Vauzi ditegaskan Kompol Dwi, tidak terlibat dalam kasus pencurian motor di Jalur Gitgit itu.
Namun ia tidak menampik jika Ketut Vauzi merupakan seorang residivis kasus pencurian.
Pun Edi Salman bersama dua rekannya yang kini tengah melarikan diri itu, juga merupakan seorang residivis.
"Jadi Edi Salman bersama teman-temannya ini memang komplotan pencuri.
Menurut keterangan tokoh masyatakat Desa Pegayaman, Edi Salman sering mencuri dan berbuat onar.
Warga di Desa Pegayaman sering menjadi korbannya, namun masyarakat enggan melapor.
Jadi Ketut Vauzi posisinya mengingatkan mereka," jelasnya.
Disinggung terkait barang bukti yang berhasil diamankan, Kompol Dwi menyebut berupa sebilah parang (kelewang) yang ditemukan di TKP.
"Mungkin sajam itu yang digunakan untuk berkelahi.
Edi Salman meninggal dunia di TKP, Ketut Vauzi meninggal di rumah sakit.
Jadi kemungkinan Edi Salman terluka hingga meninggal dunia karena ada perlawanan dari Ketut Vauzi.
Saat kejadian lampu di teras rumah Ketut Vauzi dimatikan, kami masih memeriksa saksi-saksi untuk memastikan hal itu," ungkapnya. (*)