TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Keberadaan Trans Serasi mandek karena adanya Covid-19.
Keberlanjutannya hingga saat ini, masih belum bisa dipastikan.
Sebab pihak Dinas Perhubungan Tabanan, juga sedang menunggu kajian dari pakar di Universitas Udayana.
Kepala Dinas Perhubungan Tabanan, I Made Murdika, mengatakan, bahwa trans serasi itu sejak pandemi memang ditiadakan.
Alasannya ialah, karena belum dapat mengakomodir persoalan anggaran.
Karena itu, saat ini masih dicarikan role model dengan melibatkan kajian dari pakar Universitas Udayana (Unud).
Baca juga: Pemkab Tabanan Tak Lagi Anggarkan Dana Trans Serasi, Sebelum Pandemi Setahun Rp14 Miliar Lebih
Baca juga: 15 Angkot Trans Serasi di Tabanan Dilengkapi AC, Layanan Angkutan Siswa Gratis Sempat Molor Sebulan
“Kami masih melakukan kajian kerjasama dengan Unud perkiraan April akan selesai,” ucapnya, Senin 13 Februari 2023.
Menurut dia, analisis itu menyangkut dengan kebutuhan anggaran, kemudian juga model layanan, yang nantinya akan diterapkan.
Selanjutnya, pengaruh dari adanya kenaikan harga BBM, yang tentu berdampak pada layanan angkutan siswa tersebut.
Di mana tujuan awal program layanan angkutan siswa, adalah menstimulus pihak sekolah dan pemilik kendaraan supaya ada penerapan kemandirian.
Karena sebelumnya disubsidi penuh oleh pemerintah.
“Tujuan awal ialah kemandirian. Karena memang ada model kemandirian (kecamatan Baturiti dan kecamatan Kerambitan).
Jadi ada kesepakatan antara orangtua siswa dan penyedia layanan (pemilik armada),” jelasnya.
Maka dari itu, sambungnya, pihaknya tetap menunggu kajian dari UNUD. Dan nantinya, hasil kajian akan diserahkan ke Tim Anggaran Pendapatan Daerah (TAPD) sebagai bahan pertimbangan termasuk pada pimpinan daerah (bupati) selaku pengambil kebijakan.
Sehingga, pihaknya belum dapat berbicara berapa nominal anggaran pembelian layanan tahun ini.