Berita Jembrana

TEROR Abrasi Hantui Warga 10 Tahun di Desa Banyubiru Jembrana, Janji Pemerintah Beri Angin Segar!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HANCURNYA PESISIR - Abrasi parah terjadi di pesisir Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana. Setelah lama hidup dalam ancaman, warga akhirnya mendapat kabar baik. Pemerintah akan membangun tanggul pantai. 

TRIBUN-BALI.COM - Kabar baik yang dinanti telah datang. Warga Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana akhirnya mendapatkan jawaban atas sebuah pertanyaan besar. Pesisir tempat mereka tinggal akan mendapat penanganan dari ganasnya abrasi.

Sejak 10 tahun terakhir, air laut membombardir garis pantai sampai membuat jarak air laut dengan rumah mereka tinggal beberapa jengkal saja. Abrasi parah di wilayah Pebuahan berdampak kepada sekitar 240 kepala keluarga (KK).

Pemerintah telah menjanjikan pemasangan revetment di pesisir Pebuahan untuk menahan gempuran gelombang. Revetment merupakan bangunan yang difungsikan sebagai breakwater atau dinding pantai.

"Tentunya kabar baik ini sangat dinanti masyarakat kami di Banjar Pebuahan," demikian kata Perbekel Banyubiru, I Komang Yuhartono, Minggu (10/9).

Saat nanti revetment sudah dibangun, warga yang memiliki usaha ikan bakar lesehan akan kembali bangkit. Selama ini, dampak abrasi juga menggusur usaha kuliuner yang dulu begitu populer nan ikonik itu.

Komang Yuhartono mengatakan, kuliner pesisir Pebuahan dikenal sampai wisatawan nusantara. Dalam ingatannya, pejabat-pejabat Jakarta juga dulu sering datang ke lesehan ikan bakar Pebuahan.

Baca juga: Didik Haryono Kritis Usai Dikeroyok Sekelompok Orang di Villa, Polres Tabanan Kejar Para Penebas 

Baca juga: KRISIS Air di Pendem Jembrana, Tim Gabungan Atasi Dengan Pasang Keran Umum di Zona Kekeringan 

Baca juga: KASUS di Bangli Hari Ini: 1.Siswa Bawa Sajam ke Sekolah di Kintamani, 2.Curhat Perselingkuhan Istri

Ilustrasi - Sejak 10 tahun terakhir, air laut membombardir garis pantai sampai membuat jarak air laut dengan rumah mereka tinggal beberapa jengkal saja. Abrasi parah di wilayah Pebuahan berdampak kepada sekitar 240 kepala keluarga (KK). (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)

"Dulu ada belasan warung, tapi sekarang tersisa beberapa saja. Semoga setelah pembangunan penanganan pesisir ini, nantinya kuliner khas Pebuahan bisa bangkit lagi," demikian ia berangan-angan.

Parahnya abrasi di pesisir Pebuahan dimulai tahun 2014 hingga sekarang. Setiap purnama dan tilem, warga selalu waswas. Pada hari-hari itu, air laut mengganas memporak-porandakan kawasan pesisir.

Komisi V DPR RI beberapa waktu lalu menggelar kunjungan khusus ke Jembrana. Ada dua hal yang menjadi sorotan dalam kunjungan tersebut. Pertama soal revitalisasi Pasar Umum Negara dan penanganan abrasi di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru.

Khusus untuk pembangunan revetment penanganan abrasi, rencananya akan mulai digarap pada 2024 mendatang. Panjang yang akan dibangun yakni 1,9 Kilometer dengan anggaran sekitar Rp 50 miliar.

Direktur Bina Teknik SDA Kementerian PUPR, Muhammad Rizal menuturkan, untuk penanganan abrasi di Jembrana akan dilakukan 2024. "Rencananya pantai Pebuahan bakal dilakukan pembangunan revetment sepanjang 1,9 kilometer dengan pagu anggaran hampir Rp50 Miliar," ungkapnya.

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan, penanganan abrasi menjadi skala prioritas. "Ini juga hasil dari kunjungan kerja spesifik kami yang mana menjadi prioritas," tandasnya.

Bali memiliki panjang garis pantai 633,35 kilometer. Dari jumlah tersebut yang mengalami abrasi 215,82 kilometer dan yang sudah tertangani baru 122,14 kilometer. Maka yang perlu penanganan sepanjang 93,67 kilometer.

Khusus untuk di Jembrana, dari panjang garis pantai 87,173 kilometer, yang mengalami abrasi sepanjang 21,86 kilometer dan sudah tertangani 8,93 kilometer. Panjang pantai yang belum ditangani sepanjang 12,92 kilometer. (mpa)


Perjuangan Berbuah Hasil

Halaman
12

Berita Terkini