“Karena skala masak kita besar, jadi perhari tamu datang terus, kita pakai gas LPG 12 Kg, kalau kehabisan ya pakai yang 5,5 Kg biar sekalian gak gonta ganti lagi. Karena kita gak ada waktu untuk ganti gas secara berdekatan, masak terus dilanjutkan,” ujar Wayan.
Lebih lanjut, Ahad mengatakan subsidi tepat LPG 3 Kg hanya dikhususkan untuk masyarakat miskin, karena sudah tertulis jelas di tabung gas melon.
Sudah jelas di tabung gas melon tertulis hanya untuk masyarakat miskin, artinya masyarakat yang mampu membeli gas 5,5 kg dan 12 kg disarankan untuk membeli gas tersebut.
Itulah pentingnya penggunaan gunakan registrasi NIK untuk membeli gas melon, agar bisa mempertanggungjawabkan kepada negara siapa saja yang bisa mengambil gas melon ini.
Salah satu pemilik restoran di Sanur, Budi Arsana juga mengatakan pihaknya telah menggunakan gas elpiji 12 Kg untuk proses operasional di dapur.
“Kita sering pakai gas elpiji 12 kg api untuk masak. Soalnya lebih lama habisnya,” ujar Budi.
Kuota dan realisasi LPG 3 Kg di Provinsi Bali tahun 2023 mengalami penurunan dari tahun 2022 lalu, yakni dari 219.046 Metrik Ton menjadi 203.565 Mton.
“Dalam upaya memenuhi kebutuhan LPG 3 Kg masyarakat dan UMKM pasca Covid-19, dan berangsur kembalinya kegiatan pariwisata serta tumbuhnya UMKM di Provinsi Bali yang diprediksi akan naik 5-10 persen di tahun 2024.
Maka kami mengasumsikan kebutuhan LPG 3 Kg di Provinsi Bali akan naik sebesar 7 persen, dari prognosa tahun 2023, yaitu sebesar 259.358 Mton. Sesuai perkiraan bahwa prognosa penyaluran LPG 3 Kg di Provinsi Bali, di tahun 2023 akan mengalami over sebesar 19 persen dari kuota 2023,” tutup Ahad.(*)