TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Surabaya menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Identitas Agama dan Aktivisme Lingkungan: Aktor, Strategi dan Jaringan”.
FGD yang merupakan bagian dari penelitian “Religious Environmentalism Actions (REACT)”.
Di mana hadir dalam kesempatan tersebut adalah Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak.
Acara ini digelar selama dua hari yakni tanggal 6-8 Maret 2024.
Baca juga: Sanctoo Suites and Villas Meraih Sertifikat Platinum di Tri Hita Karana Awards & Accreditation 2023
Dalam kesempatan tersebut, Nyoman Kenak memaparkan tentang konsep Tri Hita Karana yang digunakan pedoman oleh umat Hindu di Bali.
"Kami paparkan tentang esensi Tri Hita Karana, astungkara nilai-nilai penyelamatan lingkungan dari Bali sangat diapresiasi dan menginspirasi pihak-pihak yang terlibat," kata Kenak, saat diwawancarai Minggu 10 Maret 2024.
Salah satu konsep perlindungan alam yang menjadi kebiasaan umat Hindu adalah konsep Teba.
Teba pun, menurut Kenak, mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan umat, salah satunya diwujudkan dengan Biopori.
"Pemasangan Biopori sudah kami lakukan di lingkungan pribadi, maupun pura. Beberapa peserta bahkan ingin melihat langsung tentang Teba dan Biopori di Bali," tuturnya.
Kenak bangga, majelis umat Hindu tertinggi, PHDI Provinsi Bali menjadi satu satunya perwakilan Bali dalam kegiatan tersebut.
Meski acara digelar di tengah persiapan Nyepi, ia memberi prioritas, mengingat acara ini memiliki tujuan yang mulai sejalan dengan Dharma Agama dan Dharma Negara.
Selain itu, ia melihat adanya esensi toleransi antar umat beragama dalam acara ini.
Karena peserta datang dari berbagai organisasi lintas agama.
"Ini kami jadikan momen bagaimana Bali ikut menjaga keharmonisan antar umat manusia. Kami sangat apresiasi acara ini, sungguh luar biasa," sebutnya.
Pengkajian pola perlindungan lingkungan ini, kata dia, akan terus berlanjut.
Dan ia memastikan, Hindu akan menjadi bagian yang mendukung upaya tersebut.