TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Proses pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS) di Bali sudah berlangsung sejak awal tahun 2024.
Dimana pembangunan gedung tersebut masih berada diatas lahan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar.
"Pembangunan gedung InaTEWS di BBMKG Wilayah III ini sementara sedang berlangsung rencananya empat lantai dan ini merupakan gedung operasional untuk BMKG. Nanti disana ada operasional dari InaTEWS dan operasional nasional digital forecast terkait informasi cuaca ekstrem," ujar Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, Jumat 22 Maret 2024.
Ia menambahkan pembangunan gedung operasional InaTEWS ditargetkan selesai di akhir tahun ini dan dapat beroperasi tahun 2025 mendatang.
Gedung operasional InaTEWS berdiri diatas lahan seluas sekitar 2.000 meter dengan berbagai fasilitas penunjang peringatan dini Tsunami dan cuaca.
"Fasilitasnya tidak ada yang baru. BMKG membangun gedung ini sebagai representatif gedung operasional dimana pada saat terjadi kejadian ekstrem entah itu gempa bumi besar maupun cuaca ekstrem, teman-teman di BMKG masih tetap bisa bekerja. Makanya di bangunlah gedung operasional," imbuh Cahyo.
Ia menyampaikan untuk peralatannya disana nantinya akan menggunakan peralatan existing yang sudah ada di BBMKG Wilayah III Denpasar.
Jadi saat ini kami sudah menjadi backup InaTEWS dan juga mengeluarkn rilis digital forecast soal cuaca ektrem di Bali, selain itu kami sedang proses menjadi backup untuk rilis digital forecast nasional.
Disinggung kenapa BMKG pusat memilih Bali sebagai gedung operasional cadangan InaTEWS?
Baca juga: Distan Ingatkan Peternak Pentingnya Biosecurity Tangkal ASF
Cahyo mengatakan bahwa infrastruktur di Provinsi Bali ini lengkap dan fasilitasnya lebih siap dibanding daerah lain.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperkuat Sistem Peringatan Dini Multibahaya Geo-Hidrometeorologi yang telah beroperasi sejak tahun 2008, khususnya untuk Peringatan Dini Tsunami dan Cuaca Ekstrem ataupun Badai Tropis.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut sistem tersebut terus dikembangkan dan diperkuat dengan super komputer, kecerdasan artifisial (artificial intelegent), internet of things dan big data, serta diiringi program pengembangan SDM unggul berkelas dunia.
"Hal ini dilakukan agar sistem informasi yang dihasilkan BMKG jauh lebih handal, dan Peringatan Dini yang disebarluaskan jauh lebih cepat, tepat, akurat dan luas jangkauannya," ungkap Dwikorita disela acara peletakan batu pertama pembangunan Gedung Multi Hazard Early Warning System atau Sistem Peringatan Dini Multibahaya di Bali, Jum'at (1/2/2024) lalu.
Dwikorita menyampaikan, mulai tahun 2022, melalui Project Indonesia Disaster Resilience Innitiative (IDRIP) yang didanai oleh World Bank, BMKG menargetkan di tahun 2026 Peringatan Dini Tsunami dapat disebarluaskan dalam waktu tiga menit setelah terjadi gempabumi.
Sedangkan peringatan dini cuaca ekstrem ditargetkan dapat disebarluaskan dalam waktu sepekan, tiga hari hingga tiga jam sebelum kejadian.