DBD Di Bali

Jumlah Pasien DBD di RSUD Bangli Terus Meningkat Tiap Bulan, Direktur RSUD Bangli Beri Tanggapan

Penulis: Muhammad Fredey Mercury
Editor: Fenty Lilian Ariani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur RSUD Bangli dr I Dewa Gede Oka Darsana (1)

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Kasus demam berdarah di Bangli perlu diwaspadai. Terlebih lagi jumlah warga yang terjangkit demam berdarah terus meningkat. Bahkan telah mengakibatkan korban meninggal dunia, yang merupakan anak-anak.

Berdasarkan data di RSUD Bangli, jumlah pasien demam berdarah terus meningkat sejak memasuki awal tahun 2024.

Di mana pada bulan Januari tercatat 24 pasien, Februari 30 pasien, dan Maret 110 pasien. 

Direktur RSUD Bangli, dr I Dewa Gede Oka Darsana mengungkapkan, pihaknya belum bisa memastikan apakah saat ini sudah terjadi penurunan kasus. Sebab hingga kini, RSUD Bangli masih merawat pasien DBD. 

"Berdasarkan data, saat ini kami masih merawat 28 pasien. Memang dari segi jumlah, terlihat ada penurunan dibandingkan bulan lalu. Tapi kami belum bisa memastikan apakah kasusnya juga turun. Mengingat jumlah 28 pasien tersebut per tanggal 8 April," ujarnya Senin (8/4/2024).

Menurut dr Darsana, kasus DBD yang terjadi merupakan siklus tahunan. Disamping juga faktor cuaca yang tidak menentu.


Direktur yang juga dokter spesialis anestesi itu menegaskan, RSUD Bangli menyiapkan fasilitas seoptimal mungkin, untuk merawat pasien DBD. Mulai dari pelayanan emergency hingga layanan rawat inap. 

"Layanan emergency kita siapkan SDM dan juga fasilitas yang siap 24 jam. Kemudian kalau ada pasien yang perlu rawat inap, kami ada 218 tempat tidur," sebutnya. 

Terkait adanya korban anak-anak yang meninggal akibat DBD, dr Darsana mengimbau pada seluruh orang tua agar tidak menganggap remeh kasus-kasus demam.

"Artinya ketika ada anaknya yang demam, kami mohon agar lebih dini dibawa ke fasilitas pelayanan medis. Baik itu puskesmas, dokter praktik swasta, maupun ke rumah sakit," ujarnya.

Baca juga: Butuh 31.652 Fotokopi KTP Untuk Maju Calon Independen di Tabanan


Dengan demikian, imbuhnya, penyakit anak akan lebih awal mendapat diagnosa, lebih awal mendapat penanganan, serta lebih cermat lagi dalam pengamatan terhadap anak.

"Kasus DBD itu memiliki pola sedemikian rupa, yang harus diamati. Walaupun ada penurunan suhu, tetap harus diamati sampai benar-benar anak itu pulih. Makanya kami mengharapkan demam jangan dianggap remeh, terutama di musim DB ini," tandasnya.(*)

Berita Terkini