Menurut Tamba, pelaksanaan study tour itu sejatinya sangat baik dan bermanfaat. Sepanjang, pihak sekolah bertanggung jawab penuh atas kegiatan tersebut, dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi jika melakukan perjalanan jauh karena mengajak anak-anak atau siswa/siswi yang jumlahnya cukup banyak.
Terlebih lagi ada pembiayaan yang kemungkinan sebagian orang tua juga merasa berat.
"Harusnya pihak sekolah yang mengevaluasi kemana tempat yang tepat. Di Jembrana banyak tepat yang bagus untuk edukasi, ya sudah di Jembrana saja. Kan tujuannya edukasi, tidak harus ke luar daerah," jelasnya.
Disinggung mengenai sudah ada sejumlah sekolah yang memungut biaya untuk pelaksanaan study tour, politikus asal Desa Kaliakah ini menegaskan para sekolah yang hendak melaksanakan study tour harus melapor ke Pemkab Jembrana dalam hal ini Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora).
Selanjutnya, akan ditentukan memenuhi syarat atau tidaknya untuk melanjutkan kegiatan.
"Saya minta itu harus dilaporkan untuk izinnya. Harus melalui tahapan, jangan asal study tour tanpa perencanaan yang baik dan tanpa tanggung jawab penuh. Karena sudah banyak kegiatan yang tak bagus (beresiko)," tandasnya.
Untuk diketahui, rombongan study tour SMK di Subang, Jawa Barat mengalami insiden kecelakaan maut Sabtu 11 Mei 2024 lalu.
Akibatnya, 11 orang dilaporkan meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Sementara puluhan lainnya harus dilarikan ke faskes terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. (*)