TRIBUN-BALI.COM - Jelang Galungan dan Kuningan, sejumlah kebutuhan pokok mulai mengalami peningkatan. Kenaikan permintaan ini berpotensi menyebabkan lonjakan harga yang dapat memengaruhi inflasi.
Dalam tiga tahun terakhir, berbagai komoditas mengalami kenaikan harga yang signifikan, termasuk beras, bawang merah, cabe rawit, telur, dan daging ayam ras. Namun yang paling mencolok adalah daging babi.
Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa menjelaskan, salah satu faktor utama kenaikan harga daging babi adalah meningkatnya jumlah pelaku usaha babi guling. Tren babi guling yang semakin populer di berbagai daerah.
Ia mengatakan, ditambah lagi dengan banyaknya penjual di hampir setiap desa mendorong permintaan yang tinggi. "Hal ini bisa menjadi peluang bagi peternak lokal," demikian ujar Suiasa, Jumat (20/9).
Baca juga: WASPADA Penerbangan Langsung Rusia - Bali, BTB Minta Pengawasan Turis dari Moskow Diperketat!
Baca juga: NIAT Ingin Punya Ponsel, Tamo Nekat Bobol Toko dari Atap, Simak Penjelasan Polresta Denpasar
Di tengah situasi ini, Suiasa menekankan perlunya perhatian pengusaha dan pemasok untuk mencegah penumpukan komoditas yang dapat mengakibatkan keterlambatan distribusi yang memperburuk inflasi. "Keberhasilan pengendalian ini diharapkan dapat menjaga ketersediaan dan stabilitas harga barang," katanya.
Pantauan Tribun Bali, harga komoditas di pasar bervariasi. Bawang merah dijual seharga Rp 23 ribu per kilogram, bawang putih Rp 36 ribu per kilogram. Untuk Beras C4 berada di harga Rp 15 ribu per kilogram, Beras Kereta Rp 11.500 dan Beras Putri Sejati Rp 16 ribu per kilogram.
Cabai merah dipatok pada Rp 17 ribu per kilogram. Sedangkan cabai rawit melonjak hingga Rp 60 ribu per kilogram. Harga daging ayam ras stabil di Rp 36 ribu per kilogram. Sedangkan daging sapi tertinggi mencapai Rp 125 ribu per kilogram. Gula pasir dijual seharga Rp 18 ribu per kilogram
Kepala Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali, Gusti Agung Diah Utari mengatakan, inflasi dapat dikelola melalui optimalisasi empat pilar, yani ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi rantai pasok, dan komunikasi efektif.
Dengan strategi ini, diharapkan inflasi dapat tetap rendah dan stabil, sekaligus memastikan ketersediaan pasokan menjelang hari raya.
Data inflasi Kabupaten Badung menunjukkan adanya fluktuasi. Pada bulan Agustus 2024, tercatat inflasi bulan ke bulan sebesar -0,09 persen yang menunjukkan deflasi.
Sedangkan inflasi tahunan mencapai 2,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, namun tetap berada di bawah inflasi nasional.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan terkait kenaikan harga barang menjelang perayaan, pengendalian inflasi di Kabupaten Badung masih dalam jalur yang baik. (gus)
Gerakan Pangan Murah
Sementara itu, Pemkab Gianyar menggelar Gerakan Pangan Murah di Alun-alun Kota Gianyar, Jumat kemarin. Kegiatan dilakukan untuk memastikan ketersedian kebutuhan pokok menjelang hari raya Galungan. Pasar murah langsung diserbu masyarakat.
"Biasanya menjelang hari raya harga akan naik, sehingga dengan adanya gerakan pangan murah pasokan dan harga pangan tetap stabil dan dapat dikendalikan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gianyar, I Gusti Ayu Dewi Hariani.