TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Peternak Ayam MJX Batubulan adalah salah satu usaha UMKM yang bergerak di bidang peternakan ayam, khususnya ayam Filipina.
Berlokasi di Jl. Buwitan No. 10, Batubulan, Gianyar, Bali, tempat ini buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga 9 malam, memberikan pelayanan yang cukup panjang untuk para pecinta ayam.
Di lahan seluas dua kandang yang masing-masing berukuran sekitar 1,5 are, Peternak Ayam MJX Batubulan memiliki sistem manajemen yang terorganisir dengan baik.
Kandang pertama difokuskan untuk proses perkembangbiakan, sedangkan kandang kedua digunakan untuk mendisplay ayam yang siap untuk dijual.
Baca juga: Beejamur: UMKM Budidaya Jamur Tiram di Bali yang Sukses Bertahan Sejak 2009
Ada sekitar 700 ekor ayam yang dibudidayakan di sini, dengan jenis utama ayam Filipina yaitu Sweater, Grey, dan Whitehackle.
Jenis-jenis ayam ini dikenal memiliki postur yang gagah, warna bulu yang memikat, tenaga yang kuat, serta kecerdasan yang melebihi ayam lokal lainnya, menjadikan mereka sangat diminati oleh para kolektor dan pecinta ayam, khususnya di Bali.
Banyak dari pembeli ayam di Peternak Ayam MJX Batubulan menjadikannya sebagai koleksi pribadi untuk hobi dan sarana hiburan.
Selain itu, ayam-ayam ini juga sering digunakan dalam salah satu tradisi budaya Hindu di Bali yang disebut Tabuh Rah, sebuah ritual yang menggabungkan seni, budaya, dan spiritualitas melalui adu ayam.
Dewa Gede Sriadhy Putra, yang akrab disapa Dewa Adi, adalah pemilik dari Peternak Ayam MJX Batubulan.
Menurutnya, usaha peternakan ayam ini sudah berjalan selama kurang lebih enam tahun, sejak tahun 2018 atau 2019.
“Saya mendirikan bisnis ternak ayam ini sudah 6 tahun sekitar 2018/2019, sebelumnya sempat juga ternak anjing, murai batu, dan ikan koi, semuanya sempet berhasil namun ujung-ujungnya mengalami kegagalan, baik dari harga pasar yang anjlok, trus kelalaian saya dalam merawat, dan termakan sifat ketamakan, jadi dari pengalaman itulah saya mencoba membenah diri untuk selanjutnya agar lebih baik lagi dalam berusaha ternak, dan sampailah saya di ternak ayam Filipin ini, astungkara laris manis dan bisa bertahan 6 tahun sampai sekarang,” ungkapnya.
Perjalanan Karier yang Tidak Biasa
Menariknya, Dewa Gede Sriadhy Putra sebenarnya tidak memiliki latar belakang sebagai peternak.
Sebelum mendirikan usaha ini, ia berkarier sebagai seorang analis kesehatan selama 10 tahun, bekerja di Quantum, Labkes Provinsi Bali, dan Rumah Sakit Bali Mandara.
“Saya sebenarnya tidak ada basic sebagai peternak, saya awalnya seorang analis kesehatan, 3 tahun di Quantum, 5 tahun di Labkes Provinsi Bali, dan 3 tahun lagi di Rumah Sakit Bali Mandara. Mungkin karena sudah capek istilahnya dan ingin mencari hiburan mulai lah saya coba-coba untuk beternak anjing awalnya tahun 2008 dan lumayan sukses," ujar Dewa Adi.
Sebelum sukses dengan usaha ayam Filipina, Dewa Adi sempat menggeluti berbagai jenis peternakan lain, termasuk anjing, burung murai batu, dan ikan koi.
Namun, setiap usaha tersebut menemui tantangan dan kegagalan.
Pada tahun 2015, harga anjing anjlok, dan ketika ia beralih ke murai batu, ia merasa sulit merawatnya.
Begitu pula dengan ikan koi, di mana ia mengalami kerugian besar ketika ribuan koi yang ia beli dari luar Bali mati akibat jamur saat musim berganti dari kemarau ke musim hujan.
"Saya gas tetap beli ribuan koi, tapi sewaktu sampai sini mati semuanya, merugi saya disana," tambahnya.
Tantangan dan Keberhasilan Ternak Ayam Filipina
Meski begitu, kegagalan-kegagalan tersebut justru menjadi pelajaran berharga bagi Dewa Adi.
Pada tahun 2018, ia memutuskan untuk fokus pada peternakan ayam Filipina dalam skala kecil, hanya dengan satu kandang yang berisi satu jantan dan lima betina.
“Ternyata masuk pasarnya dan terus kebanjiran pesanan, dari sana saya mulai ekspansi sedikit-sedikit hingga sekarang ini,” kata Dewa Adi.
Namun, beternak ayam bukanlah tanpa tantangan.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Dewa Adi adalah cuaca dan penyakit yang sering menyerang ayam, terutama saat musim hujan.
Penyakit ini tidak hanya menyerang satu atau dua ekor ayam, tetapi bisa menyebar ke seluruh kandang.
Untuk mengatasi hal ini, ia sangat memperhatikan kebersihan kandang, lingkungan, dan pakan, serta secara rutin melakukan vaksinasi untuk menjaga kesehatan ayam-ayamnya.
“Selain pentingnya kebersihan baik dari kandang, lingkungan, dan pakannya, vaksinasi juga sangat penting bagi kualitas ayam tersebut agar tidak terjadi kecacatan fisik dan wabah penyakit,” ujar Dewa Adi.
Harga dan Peluang untuk Koleksi
Ayam Filipina yang dibudidayakan di Peternak Ayam MJX Batubulan tidak hanya terkenal akan kualitas fisiknya, tetapi juga memiliki nilai jual yang tinggi.
Harga ayam-ayam tersebut berkisar antara 1,5 juta hingga belasan juta rupiah per ekor, tergantung pada postur, keindahan, tenaga, dan gerakannya.
Dengan harga tersebut, ayam-ayam ini tidak hanya menjadi hewan ternak biasa, tetapi juga simbol prestise bagi para kolektor.
Selian itu Dewa Adi juga mengajak kalian yang ingin belajar usaha ternak ayam ini untuk berkunjung dan mendapat kiat-kiat, ilmu, dan saran untuk menjadi peternak ayam sukses.
Bagi yang tertarik untuk memiliki salah satu ayam super ini, bisa langsung menghubungi Dewa Gede Sriadhy Putra melalui akun Facebook Dewa Gede Sriadhy Putra, Instagram mjx.batubuan, atau WhatsApp di nomor 081805376266.
Dengan dedikasi dan pengalaman yang telah ia bangun selama bertahun-tahun, Dewa Adi berharap usahanya dapat terus berkembang dan menjadi contoh sukses bagi UMKM di bidang peternakan ayam, khususnya di Bali.(*)
Kumpulan Artikel Bali