Harga Cabai Naik

Pasca Nataru, Harga Cabai di Badung Melonjak, Cabai Besar Rp80 Ribu Per Kilo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dinas UMKM Badung bersama Polres Badung saat melakukan pemantauam harga beberapa waktu lalu

Pasca Nataru, Harga Cabai di Badung Melonjak, Cabai Besar Rp80 Ribu Per Kilo

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Harga kebutuhan pokok di Kabupaten Badung melonjak naik.

Bahkan memasuki minggu pertama Januari 2025 atau pasca Natal dan Tahun Baru (Nataru), harga komoditas pangan naik signifikan dibandingkan bulan Desember 2024.

Lonjakan harga ini terutama terjadi pada komoditas strategis seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, minyak goreng, dan sawi hijau.

Baca juga: Harga Cabai Rawit Tembus Rp 130 Ribu Per Kilogram Di Bali, Masyarakat Kurangi Beli

Sebaliknya, harga daging ayam ras, tomat, daging babi, jeruk, dan air kemasan justru mengalami penurunan. 

Kepala Bagian Perekonomian A.A. Sagung Rosyawati saat dikonfirmasi Minggu, 12 Januari 2025 mengatakan komoditas yang mengalami lonjakan yakni cabai rawit.

"Kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit dipengaruhi oleh pasokan terbatas akibat cuaca buruk yang melanda wilayah produksi."

Baca juga: Harga Bahan Pokok Bali 19 November, Bawang Putih Turun, Cabai Merah Naik Jadi Rp20.000/kilogram

"Kondisi hujan terus-menerus mempercepat pembusukan cabai dan menghambat distribusi dari beberapa daerah penghasil, seperti Kintamani, Klungkung, Banyuwangi, Jawa Timur, dan Lombok," jelasnya.

Selain itu, permintaan tinggi selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) memperburuk situasi pasar.

Sementara itu, untuk telur ayam ras, kenaikan harga disebabkan oleh rendahnya produksi di Pulau Jawa, sementara permintaan dari Bali terus meningkat. 

"Peningkatan harga minyak goreng terjadi seiring lonjakan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional."

"Adapun pasokan sayuran hijau seperti sawi dan kangkung menurun karena cuaca yang tidak menentu serta tingginya permintaan konsumen," tambahnya.

Pemerintah Kabupaten Badung, menurut Rosyawati, telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan inflasi akibat kenaikan harga pangan, tetapi tantangan masih ada.

Faktor seperti kapasitas produksi yang terbatas untuk cabai, bawang merah, dan telur ayam ras menjadi penghambat utama, ditambah dengan menyusutnya lahan pertanian dan populasi ternak yang menurun.  

"Pasokan yang sangat rentan terhadap perubahan cuaca juga memberi dampak besar," katanya.

Halaman
12

Berita Terkini