Berita Badung

TUNTUT Biaya Pelatihan Dikembalikan! Peserta Datangi LPK BG Academy di Badung, ke Ausie Gak Jelas!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROTES - Sejumlah peserta pelatihan saat protes ke Brightly Global Academy di Jalan Raya Abianbase, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung pada Sabtu (5/4). Mereka menuntut biaya pelatihan dikembalikan karena program studi sambil kerja ke Australia tidak jelas.

TRIBUN-BALI.COM  - Sejumlah peserta pelatihan mendatangi LPK Brightly Global Academy (BG Academy) di Jalan Raya Abianbase, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung pada Sabtu (5/4). Mereka protes dan menyampaikan kekecewaannya atas janji manajemen BG Academy terkait studi sambil kerja ke Australia.

Diawal perkenalan BG Academy dinilai menjanjikan peserta yang direkrut bisa langsung lolos untuk studi sambil bekerja paruh waktu di Australia.

Namun dipertengahan jalan, ternyata malah berbeda, sehingga membuat 8 peserta kecewa dan memilih untuk tidak melanjutkan.

Para peserta gelombang III ini atau Batch 3 yang berjumlah 8 orang menginginkan agar uang mereka dikembalikan. Pasalnya mereka sudah membayar puluhan juta. 

Baca juga: DBD di Kabupaten Gianyar Tembus 304 Kasus Per Maret, Gianyar Masuk Daerah Endemis 

Baca juga: KOSTER Soroti Fenomena Ulah Pati di Tukad Bangkung, Bahas Niskala & Sekala, Sentil Media Sosial?

Perwakilan peserta, I Wayan Duta Kirana Lamben (21) menceritakan, jika awalnya mereka diiming-imingi program studi di Russell College, Melbourne, Australia, melalui visa pelajar (student visa) yang dijamin “99 persen grant” oleh pihak BG Academy. Namun, setelah mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah, mereka justru menemukan ketidakjelasan terkait program tersebut.

“Di Batch 3 jumlah pesertanya 15 orang, namun dengan ketidakjelasan ini, kami 8 orang memutuskan untuk tidak melanjutkan,” kata Duta.

Pemuda asal Sanur, Denpasar itu menjelaskan,  di pertengahan pelaksanaan pertemuan, baru dijelaskan bahwa tidak semua peserta bisa berhasil berangkat karena tidak ada jaminan Visa Australia bisa 100 persen granted.

“Skemanya 2,5 bulan, harus ikut program OJT (on the job training) sebagai syarat untuk apply visa ke Australia. OJT tiba-tiba ditiadakan. Padahal banyak mahasiswa baru yang belum punya pengalaman food and beverage (F&B),” jelasnya.

Dicertiakan awalnya para peserta diberikan pengarahan Direktur Hospitality & Cruiseline BG Academy. Peserta diyakinkan bahwa program ini pasti berhasil. 

“Mereka bilang, kalau dokumen lengkap, pasti lolos. Kami percaya 100%, sampai berani mengeluarkan uang hingga Rp 50 juta lebih,” bebernya.

Namun kenyataannya, kata Duta, beberapa kakak kelas di angkatan sebelumnya justru banyak yang ditolak visanya, tetapi seakan ditutup-tutupi atau tidak disampaikan kepada peserta.

Ayah Duta, I Wayan Sudina, dalam pertemuan itu kecewa karena informasi itu tidak utuh disampaikan saat pelaksanaan orientasi. Mereka mengaku telah diimingi bahwa visa Australia dijamin akan granted. 

Bahkan selaku orangtua peserta rela mengeluarkan biaya hingga puluhan juta agar anak mereka berhasil mengikuti program studi. 

“Saya orangnya fair saja. Kalau saya tahu informasi ini di awal, tidak mungkin saya akan mengikutkan anak kami,” tegas Sudina.

Sementara Ni Kadek Ayu Priska Dewi (21), juga mengeluhkan terkait ketidakjelasan bukti pembayaran biaya sekolah ke Australia.  

Halaman
12

Berita Terkini