DBD di Bali

DBD di Kabupaten Gianyar Tembus 304 Kasus Per Maret, Gianyar Masuk Daerah Endemis 

Tercatat di Januari sebanyak 189 kasus DBD, Februari 296 kasus DBD dan Maret meningkat lagi sejumlah ke angka 304 kasus DBD.

TRIBUN BALI/WAYAN ERI GUNARTA
Rawat inap - Ruang pasien rawat inap karena kasus DBD di RSUD Payangan, Kabupaten Gianyar, Minggu (6/4). 

TRIBUN-BALI.COM  - Kabupaten Gianyar merupakan daerah endemis Demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD meningkat signifikan setiap tahunnya.

Pada tahun 2022, tercatat 597 kasus dengan 1 kematian, tahun 2023 sebanyak 1.142 kasus dengan 2 kematian, dan tahun 2024 tercatat sebanyak 4.476 kasus DBD dengan 5 kasus kematian.

Puncak kasus penyakit DBD tahun 2024 terjadi di Mei 2024 dengan 1.089 kasus. Meskipun upaya pencegahan bersama-sama berhasil menurunkan jumlah kasus DBD, namun pada tahun 2025, kasus DBD kembali meningkat.

Tercatat di Januari sebanyak 189 kasus DBD, Februari 296 kasus DBD dan Maret meningkat lagi sejumlah ke angka 304 kasus DBD.

Baca juga: TEWAS Mendadak! Penumpang Bus Jatuh dan Meninggal Dunia di Terminal Mengwi, Diduga Serangan Jantung

Baca juga: KOSTER Soroti Fenomena Ulah Pati di Tukad Bangkung, Bahas Niskala & Sekala, Sentil Media Sosial?

Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni, Minggu (6/4) membenarkan hal tersebut. Kata dia, untuk mengatasi hal ini, pihaknya meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD melalui pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melibatkan lintas sektor dan masyarakat. 

“Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus dengan menerapkan 3M Plus,” ujarnya.

Pemkab Gianyar, kata Ariyuni juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Sekretaris Daerah tentang Gerakan Pencegahan Antisipasi Lonjakan kasus Penyakit DBD dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus. 

“Masyarakat diharapkan tetap waspada dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan melakukan PSN secara berkala. Jika mengalami gejala DBD, segera datang ke sarana pelayanan kesehatan terdekat untuk memperoleh pelayanan kesehatan sedini mungkin,” ujarnya.

Dia menjelaskan, penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala DBD dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat.

Namun, kata dia, ini adalah fase yang paling berbahaya, karena adanya kebocoran plasma darah yang dapat menyebabkan penumpukan cairan di rongga tubuh, penurunan jumlah trombosit, yang meningkatkan risiko perdarahan dengan gejala nyeri perut yang hebat, muntah terus-menerus, perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bintik-bintik merah di kulit. 

“Pada fase ini, demam pasien mungkin mulai turun, namun justru kondisi pasien dapat memburuk secara tiba-tiba. Untuk itu diharapkan bagi masyarakat bila mengalami gejala DBD agar segera datang ke sarana pelayanan kesehatan,” tandasnya. (weg)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved