Suwinda mengaku, tradisi ini adalah sebagai perayaan kemenangan perang dari pasukan Taruna Munggu.
Saat itu Taruna Munggu mempertahankan wilayah kekuasaan Kerajaan Mengwi di Blambangan Jawa Timur.
Setalah memenangkan peperangan tersebut, Tradisi Mekotek mulai digelar.
"Dulunya Tradisi Mekotek ini menggunakan tombak sebagai sarananya. Tapi zaman penjajahan Belanda sempat dilarang, sehingga setelah dinegosiasi akhirnya menggunakan kayu pulet yang dihiasi daun pandan dan tamiang," terangnya.
Pelaksanaan tradisi ini pun terus digelar setiap Hari Raya Kuningan.
Hal ini lantaran, seluruh pasukan yang dipimpin Raja Mengwi sebelum berangkat ke medan perang bersemedi di Pura Dalem Kahyangan Wisesa, Desa Adat Munggu yang bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.
Tradisi ini dipercaya dapat menolak bala, sehingga terus dilaksanakan.
“Makna dari tradisi ini adalah sebagai penolak bala, atau menolak wabah penyakit. Termasuk menghindari dari hal-hal yang negatif," imbuhnya. (*)
Berita lainnya di Tradisi Mekotek