TRIBUN-BALI.COM - Seiring semakin sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri, dan kondisi PHK yang kian menghantui, banyak muda-mudi memilih bekerja ke luar negeri.
Digaji dollar dan hidup layak menjadi mimpi, yang terbawa bersama koper dan paspor saat akan berangkat meninggalkan Bali.
Ada yang memilih bekerja di darat alias menetap di sebuah negera, ada pula yang memilih bekerja di kapal pesiar keliling dunia gratis dan malah digaji.
Tetapi siapa sangka, tidak selamanya mimpi itu indah. Memang ada yang pulang menjadi jutawan, tetapi ada pula yang pulang menjadi gelandangan.
Kenapa bisa demikian? simak alasan beberapa pekerja berikut ini dan tips and trick agar sukses bekerja di luar negeri khususnya di kapal pesiar.
Baca juga: KISAH Nengah Okta Kerja di Luar Negeri, Tidak Semudah yang Dibayangkan, Tekanan Tinggi Hingga Gaji!
Baca juga: CALON PMI Ke Jepang Tetap Dapat Job Letter, Disnaker Sosialisasikan Pesan Pemerintah Jepang
Tribun Bali mendapatkan cerita ini dari 2 pekerja kapal pesiar wanita, nama mereka disamarkan untuk kepentingan privasi. Satu berasal dari Bali dan satu lagi berasal dari salah satu pulau terbesar di Indonesia.
Sarah (nama samaran), seorang wanita muda yang merantau ke Bali beberapa tahun lalu, akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel bintang lima.
Gaji yang sesuai dan service yang lumayan, membuat ia bisa survive di Pulau Dewata. Sampai akhirnya pandemi Covid-19 memukul seluruh dunia. Sarah pun harus lay off alias PHK.
Ia sempat pulang kampung, sampai akhirnya lamaran di sebuah agen kapal pesiar memanggilnya untuk berangkat. Pertama kali ia berangkat mengelilingi Eropa.
Sarah mengaku sangat senang, ia akhirnya bisa bekerja dan bahkan keliling dunia tanpa harus keluar dana. Namun mimpi indah itu hanya sementara.
Bekerja di kapal pesiar tidak seindah yang ia bayangkan, 18 jam bahkan lebih ia harus bekerja dan berdiri melayani ribuan tamu sebagai waitres. Tidur malam bangun pagi buta.
Selain lelah fisik, ia juga harus merasakan lelah mental karena bekerja dengan berbagai karakter manusia dari berbagai negara. Belum lagi jika ada drama-drama yang harus ia rasa selama berlayar di samudera.
Mual saat ombak menerjang kapal, tidak lantas membuatnya bisa leha-leha. Ia tetap harus siaga dan bekerja bersama seluruh kru yang ada.
Sarah pun hanya bisa pasrah, karena hal ini akan berulang selama 8 bulan ia bekerja di kapal pesiar. Ia hanya bisa menjaga dirinya sendiri, karena jika sakit atau tersandung kasus maka ia akan dipulangkan hari itu juga.
Tiada ampun dan toleransi bekerja di kapal pesiar. Kamar kecil harus ia bagi bersama kawan pekerja lain, yang terkadang sifatnya seperti iblis. Sementara di sisi lain ia harus rehat karena besok harus kerja lagi.
Tak berbeda dengan sarah, Wiwin (nama samaran) asal Bali juga mengatakan hal yang sama, beruntung mereka masih muda sehingga tenaga masih kuat.
Hanya saja memang dibutuhkan kontrol emosi, perasaan, dan semuanya agar tetap bisa stay bekerja di kapal pesiar. Gaji yang mereka dapatkan berkisar Rp15 juta sampai puluhan juta, tergantung pengalaman dan masa kerja mereka di kapal pesair.
Kemudian dua pekerja ini membagikan beberapa tips, agar tahan banting dan tetap membawa uang pulang dari beratnya bekerja di kapal pesiar.
4 Faktor Penting Bekerja di Kapal Pesiar
1. Bekali Diri Dengan Mumpuni
Maksud bekali diri ini adalah dengan pengetahuan baik materi dan fisik yang mumpuni. Entah itu bahasa asing baik Bahasa Inggris atau bahasa asing lain juga penting. Ikut agen yang terpercaya dan dengan jenjang karir jelas.
Belajar hal yang penting di kapal pesiar, seperti berenang, menjadi waiter atau waitres yang mumpuni, termasuk jenjang karir yang lebih atas. Mudah beradaptasi dengan segala kondisi, dan selalu lihat peluang dengan baik.
Hindari konflik dengan atasan dan rekan kerja, namun jangan pula mau direndahkan. Kasi batasan secukupnya, ingat kalian bekerja bukan plesiran. Tetap ikuti aturan dan tidak neko-neko. Belajar kontrol emosi dengan baik, dan paham cara menata hati.
2. Hindari Judi & Miras
Salah satu hal yang membuat banyak orang jadi gelandangan, adalah miras dan judi di kapal pesiar. Setiap kapal pesiar akan berlabuh di pelabuhan di berbagai negara. Khususnya di Eropa dan Amerika, cukup lazim di port ada kasino.
Banyak orang terjebak di sini dan merasa perlu bermain kasino, sehingga tanpa sadar uang mereka selama bekerja ludes di kasino. Alasannya membayar stres mereka selama bekerja. Padahal stres bisa diatasi dengan jalan-jalan melihat pemandangan saat kapal berlabuh, membeli makanan enak dan grounding ke alam.
Selain judi, alat yang dianggap lazim sebagai penghilang stres adalah minuman keras. Sayangnya, banyak yang malah membeli miras, lalu mabuk dan malah membuat dirinya terkena kasus, seperti perkelahian dan lain sebagainya. Kemudian dipulangkan, karena aturan ketat bekerja di kapal pesiar.
3. Hindari Hubungan Seg5ual Beresiko
Penghilang stres lainnya adalah bercumbu, alias hubungan intim dengan lawan jenis. Walaupun tidak ada larangan, namun banyak yang bermasalah dengan hal ini. Sebab ada yang berhubungan dengan pasangan yang sudah menikah, bahkan sudah memiliki anak.
Selain itu, pekerja wanita kerap mendapat perundungan jika tidak mau melakukan hal ini. Seperti dicuekin atau hal lainnya oleh pekerja yang terkadang lebih senior. Untuk itu, sangat diperlukan aturan tegas tentang hal ini, sehingga tidak menjadi momok menakutkan khususnya bagi pekerja wanita yang lebih rentan.
4. Segera Kirim Uang Begitu Gajian
Mengirim uang segera setelah gajian, adalah hal penting dilakukan. Untuk menghindari pembelian barang impulsif selama di kapal pesiar. Uang ini juga sangat penting untuk masa depan pekerja. Khususnya tatkala sudah tidak bekerja lagi di kapal pesiar.
Sebab makan dan kebutuhan lain sudah tersedia di kapal pesiar, sehingga rasanya tidak ada alasan seorang pekerja terlalu boros dengan gajinya di kapal. Apalagi itu terkadang tidak sebanding dengan rasa lelah yang mereka rasakan selama bekerja.
5.631 Anak Muda Bali Bekerja ke Luar Negeri, Anomali?
Dinas Ketenakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, mencatatkan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Bali pada Bulan Januari hingga Juni 2025 sebanyak 5.631 orang.
Dari 5.631 orang ini, 3.153 orang merupakan laki-laki dan sisanya 2.478 orang merupakan PMI perempuan.
Kepala Disnaker dan ESDM Bali, Ida Bagus Setiawan mengatakan negara terbanyak menjadi tujuan PMI adalah Turki dengan jumlah 1.940 orang.
Kemudian Negara Italia sebanyak 1.936 orang dan Bulgaria sebanyak 382 Orang. “Mereka bekerja sebagai terapis, waiter, dan housekeeping. Terapis sebanyak 1.461 orang, waiter (pelayanan restoran) jumlah 943 orang dan housekeeping sebanyak 415 orang,” jelasnya Rabu 23 Juli 2025.
Sementara berdasarkan Kabupaten/Kota, warga yang banyak memilih kerja ke luar negeri yakni berasal dari Kabupaten Buleleng jumlahnya 1.434, kedua Karangasem sebanyak 736, dan Bangli berjumlah 593.
“Jumlah penempatan berdasarkan Kabupaten/Kota dari bulan Januari 2025 hingga Juni 2025 sebanyak 5.631 dari sembilan kabupaten. (*)