Bahkan di Youtube tersebut juga ditampilkan rumah dengan pekarangan batu sikat juga bisa dibuatkan teba modern.
Wayan menyebut bahwa sistem ini memang akan mengusik kenyamanan.
"Karena yang dulu dia udah nyaman taruh aja, dianggap sudah selesai masalahnya tapi ternyata menimbulkan masalah baru," tambahnya.
Sehingga ia mengajak seluruh pihak untuk berani berubah dan melakukan hal-hal baru terkait cara mengolah sampah di Bali.
"Kalau tidak kita yang merawat alam kita, siapa lagi" tambahnya.
Sampah Leteh
Wayan pun menjelaskan, sampah terbanyak di Bali berasal dari sampah organik yakni sebanyak 60-70 persen.
20-25 persen sampah yang bisa didaur ulang.
5-10 persen merupakan sampah residu.
Uniknya di Bali ada yang disebut sebagai sampah leteh, sampah ini terkait orang meninggal yang biasanya ada pakaian atau upakara yang sampahnya harus mendapat perlakuan khusus karena dianggap leteh atau kotor secara niskala.
Sehingga di daerah di Desa Cemenggon, Celuk, Sukawati, masyarakat membuat satu tempat khusus untuk membakar sampah tersebut hingga tak bersisa.
"Itu sekitar satu persen, dan itu yang kita bakar" jelasnya. (*)
Berita lainnya di Sampah di Bali