Sampah di Bali

CLOSED TPS Seram Denpasar! Sampah Sering Meluber dan Ada Buang Sampah Pakai Jasa Ojol

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DITUTUP – Pengendara melintas di TPS Seram di barat Level 21 Denpasar yang resmi ditutup, Minggu (10/8).

“Kita juga berikan masukan kepada Gubernur dan beliau pun juga memahami apalagi di kota Denpasar, Badung sebagian besar disini juga lahan juga sempit sekali, tidak ada lahan kosong di kota besar seperti Denpasar. Jadi untuk menerapkan program-program itu apalagi teba modern itu sudah tidak bisa,” ucap, Suarta. 

Terlebih jika akan menerapkan teba vertikal di depan rumah juga akan sulit dilakukan karena pekarangan lahan kosong sudah tidak ada, dan lahan untuk membakar sampah juga tidak tersedia.

Saat musim hujan air akan masuk ke teba vertikal. Sedangkan teba vertikal terbuat dari tanah liat, sehingga air akan diam didalam teba vertikal dengan jangka waktu yang lama, tidak bisa langsung terserap. 

Ini dikhawatirkan malah akan menjadi sarang nyamuk.  Sama dengan, TPS3R yang hampir sebagian besar, tidak bisa diterapkan karena tersedia lahan.

Dari 1.500 desa adat di Bali hanya beberapa Desa saja yang dapat membuat TPS3R, sisanya tidak ada. “Dan itu pun sudah terbentuk, terwujud, sudah jalan bahkan beberapa TPS3R itu akhirnya dalam pertengahan jalan juga banyak yang mati suri,” kata dia. 

TPS3R dinilai memang dapat menyelesaikan masalah sampah namun hanya sedikit dan tidak begitu banyak bisa menyelesaikan masalah. Terlebih luas TPS3R tidak begitu luas dan biasanya hanya seluas lahan 3 are sampai 4 are. Sedangkan di dalam satu desa, kelurahan jumlah sampah hingga ton. 

TPS3R hanya dapat menampung dalam satu hari itu dua truk sampah. Lalu dilakukan proses, pilah-memilah dimana sampah organik yang akan dibuat pupuk kompos, dan sampah non organik serta residunya.

“Nah, ini sampah organik yang mau dibikin pupuk kompos ini kan makan waktu. Kalau kita misalkan mau pakai mesin pencacah, ataukah M4, ataukah mungkin pakai cacing sebagai pengurai supaya lebih cepat terurai, nah ini kan makan waktu. Fermentasi ini kurang lebih 2 sampai 3 bulan,” ujarnya.

“Nah selama itu kan dia memakan tempat di situ walaupun nanti kalau misalkan kita panen, terus habis itu hasil panen itu kita masukkan ke kemasan, entah itu kampil atau plastik harapan kita bisa dijual, akhirnya tidak ada yang mau beli. Jadi numpuk juga di gudang, akhirnya sampah-sampah itu tidak bisa masuk lagi,” pungkasnya. (sup/sar)

 

Berita Terkini