Penganiayaan di Bali

Korban Cabut Laporan, Aksi Saling Tebas di Buleleng Berakhir Damai, Fauzi Mendengar Bisikan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penganiayaan - Korban Cabut Laporan, Aksi Saling Tebas di Buleleng Berakhir Damai, Fauzi Mendengar Bisikan

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Sohihul Islam, korban penganiayaan yang berujung saling tebas di Banjar Dinas Barat Jalan, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng mencabut laporan.

Sohihul Islam dan pelaku bernama Fauzi telah sepakat damai. 

Penyelesaian masalah tersebut berlangsung pada Kamis (14/8/2025) di Polres Buleleng.

Kegiatan ini dihadiri pula oleh tokoh masyarakat, perbekel, hingga kepala dusun.

Baca juga: Kasus Dugaan Penganiayaan Di Buleleng Bali, Perbekel Dan Warganya Ditetapkan Jadi Tersangka

Kasat Reskrim Polres Buleleng, AKP Gusti Nyoman Jaya Widura mengungkapkan, berdasarkan Restoratif Justice (RJ) keduanya sepakat berdamai.

Alasan dihadirkan pihak lain, adalah untuk menjamin masalah ini tidak berlanjut. 

"Kami ingin memastikan dan menjamin kedua belah pihak yang sudah berdamai, tahu-tahu di belakang masih ada alasan lain lagi. Karena sudah sepakat damai, dari pelapor akhirnya mencabut laporan. Jadi sudah clear," ungkapnya, Jumat (15/8/2025). 

Baca juga: FAKTOR Pemicu Penganiayaan Prada Lucky Hingga Tewas, Berikut Kronologi Lengkapnya!

Motif

Peristiwa yang terjadi pada Selasa (29/7) lalu itu bermula dari pelaku Fauzi secara tiba-tiba mendatangi rumah Sohihul, kemudian menyerang pria 49 tahun yang baru pulang dari masjid usai salat subuh. 

Polisi pun mendalami motif pelaku melakukan penyerangan.

Kata AKP Widura, Fauzi saat itu mengalami halusinasi.

Pria 51 tahun itu mendengar bisikan-bisikan untuk menyerang Sohihul.

Hal ini dikuatkan dengan pengakuan Sohihul, yang saat peristiwa penyerangan terjadi, Fauzi berbicara ngalor-ngidul. 

"Menurut korban, saat melakukan penyerangan pelaku sempat mengatakan jika korban memasang penyadap di rumah pelaku," ujar AKP Widura. 

Ditanya apakah Fauzi memiliki riwayat gangguan kejiwaan, AKP Widura tidak memungkiri.

Apalagi Fauzi kerap mengalami halusinasi.

"Sepertinya iya. Karena yang bersangkutan merasa sering halusinasi."

"Selanjutnya yang bersangkutan menjalani pengobatan ke ahli jiwa di RSUD Buleleng atas permintaan pribadi," tandasnya. 

Untuk diketahui, peristiwa penganiayaan berujung saling tebas ini berawal saat Fauzi mendatangi rumah Sohihul pukul 06.00 Wita.

Ia mengendarai sepeda motor sambil membawa senjata cabang (trisula).

Sohihul yang baru pulang salat subuh di masjid, saat itu tengah bersantai sambil menonton televisi.

Melihat Fauzi datang, Sohihul sempat bertanya "ada apa?", tapi Fauzi membalas dengan jawaban tidak karuan. 

Tak berselang lama, Fauzi segera menyerang Sohihul menggunakan trisula yang dia bawa.

Sohihul sempat menangkis dengan tangan kosong.

Tapi karena terus diserang, Sohihul akhirnya mengambil sabit di belakang pintu dan melakukan perlawanan balik. 

Perkelahian keduanya berlangsung seberapa saat, hingga tetangga yang mengetahui perkelahian itu berusaha melerai.

Sohihul sempat melaporkan penyerangan ini pada Perbekel, sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis. 

Akibat aksi saling tebas itu, Sohihul mengalami luka lebam dan bengkak pada kedua tangannnya, serta memar di bagian rahang.

Sedangkan Fauzi mengalami luka tebasan. 

Karena seingat Sohihul, tebasan yang dia lakukan mengenai Fauzi sebanyak dua kali. (*)

 

Berita lainnya di Penganiayaan di Buleleng

Berita Terkini