Berita Buleleng

JEJAK Sejarah Soekarno di Buleleng, Mengenal Sosok Raden Guru Pengembang Moral, Berikut Sejarahnya 

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bekas kos - Nyoman Suma Arthana menunjukkan bekas kamar kos yang dulu pernah dihuni Raden Soekemi.

Made Pageh mendukung penuh rencana menjadikan bekas indekost Raden Soekemi, maupun SDN 1 Paket Agung sebagai cagar budaya. Namun ia menekankan tentang kontinuitas. 

“Sejarah itu berkaitan dengan kontinuitas, berkaitan juga dengan isi otak, bukan sekadar isi perut. Sehingga saya harap minimal ada penjelasan mengenai situs-situs ini. Agar masyarakat paham dan mengerti mengapa ini menjadi cagar budaya,” ucapnya. 

Bekas kamar kos Raden Soekemi maupun pohon belimbing itu hingga kini masih ada. Namun karena bangunan termakan usia, kamar itu sempat direnovasi oleh pemilik rumah. “Renovasinya sudah cukup lama.

Namun kami tetap mempertahankan bentuk aslinya,” ucap Nyoman Suma Arthana, pemilik rumah kos itu. 
Suma Arthana juga mengatakan, ruang kamar kos Raden Soekemi dulunya dibagi menjadi dua tempat. Yakni untuk kamar tidur dan gudang. Setelah Soekarmini berusia setahun, keluarga kecil ini pindah ke Surabaya.

“Diperkirakan saat pindah ke Jawa, usia kehamilan Rai Srimben sudah memasuki beberapa bulan,” ujarnya. (mer)

Patung Raden Soekemi 

Di SD Negeri 1 Paket Agung juga terdapat sebuah patung Raden Soekemi. Patung ini merupakan gagasan masyarakat yang kemudian direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng saat itu.

Awalnya patung Raden Soekemi berukuran kecil. Hingga setahun kemudian karena banyak masukan dari masyarakat, ukuran patung akhirnya diperbesar. 

“Kemarin saat perayaan satoe setengah abad, ada aspirasi untuk kembali memperbesar ukuran patung agar lebih berwibawa. Mengenai hal ini, kami akan sampaikan pada Pemkab Buleleng,” ucap Wiratmaja. 

Menurutnya, aspirasi dari masyarakat ini selaras dengan rencana Pemkab Buleleng, yakni penataan kawasan heritage Kota Singaraja, dari Taman Bung Karno, Bale Agung, SD Negeri 1 Paket Agung, hingga titik nol di Kantor Pemkab Buleleng. 

Sebagai warga Bali, tentu menjadi kebanggaan bahwa sang proklamator yang membuat dunia kagum dengan pidatonya yang berapi-api, ternyata memiliki darah Buleleng.

Kebanggaan sebagai warga Buleleng semakin bertambah setelah diketahui bahwa ayah sang proklamator ternyata pernah menjadi guru dan tinggal beberapa tahun di Buleleng. 

“Kita punya beban moral bagaimana menyampaikan pada generasi muda agar jangan sekali-kali melupakan sejarah, serta menyatukan pemahaman masyarakat bahwasanya ada Rai Srimben dan Raden Soekemi yang bersatu hingga melahirkan proklamator Indonesia,” ungkapnya. (mer)

Pertemuan Pertama di Pelabuhan Buleleng

Banjar Adat Bale Agung adalah salah satu Banjar di Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Banjar Adat Bale Agung merupakan kampung kecil yang penghuninya masih memiliki hubungan keluarga. 

Salah satunya Ni Made Liran yang menikah dengan Nyoman Pasek. Keduanya masih satu keluarga dan tinggal di satu pekarangan. Kedua pasutri ini memiliki beberapa anak, salah satunya bernama Nyoman Rai Srimben, yang tidak lain adalah Ibunda Bung Karno. Nyoman Rai Srimben lahir pada 1 Januari 1881. 

Penglingsir Banjar Bale Agung, Jro Made Arsana mengungkapkan, pertemuan pertama Rai Srimben dengan Raden Soekemi terjadi di Pelabuhan Buleleng.

Halaman
1234

Berita Terkini