TRIBUN-BALI.COM - Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, kini menjadi contoh desa ramah lingkungan yang berkomitmen menuju masa depan netral karbon.
Maybank Indonesia, melalui program pengelolaan sampah organik dengan metode Black Soldier Fly (BSF), berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Sanding untuk menciptakan desa mandiri dan berkelanjutan.
Acara "Jejak Hijau Desa Sanding" yang dihadiri oleh Wakil Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Mayun, dan Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Steffano Ridwan, Jumat (22/8), menandai langkah awal menuju target zero emission pada 2030.
Steffano Ridwan menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan misi Maybank Indonesia, yaitu humanizing financial services yang menempatkan masyarakat sebagai inti dari setiap solusi.
Baca juga: DORONG Percepat Elektrifikasi Transportasi, Kadishub Bali Beber Kendala Net Zero Emission 2045
Baca juga: TAMBAH 28 Titik Parkir Luar Rumija Baru, Semester I Realisasi Pendapatan Parkir Rp15,7 Miliar
"Dengan program ini, kami ingin menjadikan Desa Sanding sebagai desa mandiri, rendah emisi, dan berkelanjutan. Ini bukan proyek sekali jalan, tapi upaya jangka panjang yang akan terus kami dampingi," ujar Steffano.
Program BSF di Desa Sanding juga dihubungkan dengan penyelenggaraan Maybank Marathon 2025 di Bali, yang menargetkan zero emission pada 2030.
Maybank Indonesia berencana memperluas program serupa di daerah lain setelah Desa Sanding berjalan dengan baik sebagai desa percontohan.
"PR-nya masih banyak, ini baru langkah awal. Tapi kami yakin, dengan kolaborasi yang kuat, Desa Sanding bisa menjadi model desa mandiri dan berkelanjutan yang menginspirasi wilayah lain," pungkas Steffano.
Diketahui bahwa Desa bebas karbon adalah desa yang secara aktif mengurangi atau menghilangkan emisi gas rumah kaca melalui praktik pembangunan berkelanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan sampah yang baik, transportasi rendah emisi, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. (ian)