Sampah di Bali
Sampah Menumpuk di Tanjung Benoa Bali, STT Banjar dan Komunitas Kompak Bergerak Membersihkan
Ketua Yayasan Sahabat Multi Bintang (YSMB), Deny Giovanno, menegaskan bahwa sampah masih menjadi masalah serius di Bali.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Kawasan Tanjung Benoa salah satu titik paling krusial dalam persoalan sampah di Bali, karena menjadi muara tempat menumpuknya sampah dari beberapa aliran sungai perkotaan yang dapat membawa sampah dari daratan ke laut dan kemudian kembali ke pantai.
Selain itu, pesisirnya juga sering menjadi kiriman dari laut, terutama saat musim angin Timur sekitar Juni-September. Sampah dominan berupa rumput laut, namun juga terdapat sampah plastik.
Pemerintah daerah dan berbagai pihak melakukan berbagai upaya pembersihan, pengumpulan, dan pengolahan sampah tersebut untuk menjaga kebersihan dan ekosistem pantai.
Pantauan Tribun Bali di lokasi, sampah-sampah banyak berserakan di pesisir pantai yang menjadi salah satu ikon pariwisata Bali yang terkenal dengan water sportnya ini.
Baca juga: Jaya Negara Sebut 90 Persen Sampah Pasca Banjir di Bantaran Tukad Badung Bali Sudah Terangkut
Tampak anak muda banjar atau Sekaa Truna-Truni (STT) Banjar setempat bersama komunitas tengah berupaya mengumpulkan sampah-sampah di pesisir pantai dengan menggunakan karung yang terkumpul hingga puluhan karung, pada Sabtu 20 September 2025.
Tak berhenti di sini saja, sampah tersebut nantinya juga akan diolah sesuai jenisnya, baik sampah organik maupun sampah anorganik untuk menjadi manfaat di hari-hari berikutnya.
Ketua Yayasan Sahabat Multi Bintang (YSMB), Deny Giovanno, menegaskan bahwa sampah masih menjadi masalah serius di Bali.
Bahkan, bencana banjir yang baru terjadi tidak lepas dari menumpuknya sampah di saluran air.
“Aksi kecil seperti memilah sampah bisa membawa dampak besar. Karena itu, kami melibatkan komunitas pemuda, khususnya STT Banjar, agar pengelolaan sampah dapat dilakukan secara rutin dan berkelanjutan,” jelasnya.
Salah satu inovasi yang diangkat adalah pemanfaatan sampah organik.
Menurut Deny, selain bisa dijadikan kompos, sebagian sampah organik seperti rumput laut juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan penyu.
“Sampah bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga bisa memberi nilai tambah bagi ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Pihaknya bersama organisasi lingkungan internasional Seven Clean Seas (SCS) mengajak masyarakat Bali berpartisipasi dalam aksi bersih pantai memperingati World Clean-up Day 2025.
Sementara itu, Partnership Team Lead SCS, Joshua Kauten, menyebut Tanjung Benoa sebagai lokasi strategis untuk aksi bersih pantai lantaran pantai ini menerima aliran sampah dari berbagai sungai di Bali.
"Dengan dukungan fasilitas TPS3R terbaik di Indonesia, sampah bisa dipilah lebih maksimal. Plastik yang tidak bisa didaur ulang akan langsung dikelola ke TPA, sementara sampah organik dari laut juga dapat dimanfaatkan kembali, termasuk untuk mendukung konservasi penyu,” jelasnya.
President Director PT Multi Bintang Indonesia, Roland Bala menambahkan, bahwa menjaga kebersihan Bali adalah bagian penting dari upaya menjaga sektor pariwisata dan perekonomian daerah.
Aksi bersih pantai ini tidak hanya mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan, tetapi juga menghadirkan pengalaman langsung mengenai dampak pariwisata yang tidak bertanggung jawab serta pentingnya kolaborasi dalam menjaga keberlanjutan alam Bali.
Melalui kegiatan ini, pihaknya berharap semakin banyak komunitas, perusahaan, dan anak muda yang tergerak untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan demi Bali yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“Kebiasaan membuang sampah sembarangan harus diubah. Melalui aksi ini, kami ingin mendorong lahirnya pola pikir baru menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama,” katanya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.