Perkelahian di Bangli

HASIL Autopsi Korban Perkelahian Maut di Desa Songan, Pertarungan Beda Usia Berakhir Korban Jiwa!

Jero Sumadi usia 47 tahun, bersama dua saudaranya yang berusia 50 tahunan. Melawan Mangku Arta usia 29 dan saudaranya yang masih kepala 3.

Istimewa
TKP - Situasi terkini di TKP (tempat kejadian perkara) Banjar Tabu, Desa Songan, Bangli, Bali pasca bentrokan berdarah yang menewaskan kakak beradik, Senin 13 Oktober 2025. 

TRIBUN-BALI.COM - Pertarungan dua orang yang merembet ke dua keluarga di Desa Songan, Bangli, menimbulkan korban jiwa. Namun jika dilihat dari usia, sejak awal kedua kelompok punya tautan usia cukup jauh. 

Jero Sumadi usia 47 tahun, bersama dua saudaranya yang berusia 50 tahunan. Melawan Mangku Arta usia 29 dan saudaranya yang masih kepala 3. Sehingga terjadi satu pihak kalah dan menelan korban jiwa

Jero Sumadi dan Kartawa meninggal dunia, sementara satu saudara lainnya masih kritis di rumah sakit. PS Kasi Humas Polres Bangli, Iptu I Ketut Gede Ratwijaya, seizin Kapolres menjelaskan, Satreskrim Polres Bangli menggelar autopsi terhadap dua korban meninggal dunia.

Autopsi dilakukan di RSUP Prof Ngoerah, Sanglah, Kota Denpasar, Bali. Kedua korban tewas adalah kakak beradik, yakni I Ketut Kartawa (50) dan Jero Sumadi (47), asal Banjar Tabu.

Jero Sumadi meninggal akibat luka terbuka di bagian perut dengan usus terurai. Sementara Kartawa meninggal akibat luka terbuka di kepala bagian depan dan luka terbuka di lengan bawah kanan. 

Baca juga: KABUR Dari Hadangan Jero Sumadi & 2 Saudaranya, Ketut Arta Beritahu Kakaknya & Tuju TKP Bawa Sajam!

Baca juga: TANTANG Ketut Arta Berkelahi Picu Konflik & Perkelahian Maut di Bangli Hingga Tewaskan Jero Sumadi

KOLASE - TKP perkelahian maut di Songan, Bangli, Bali, Senin 13 Oktober 2025 yang menewaskan 2 orang dan 1 kritis.
KOLASE - TKP perkelahian maut di Songan, Bangli, Bali, Senin 13 Oktober 2025 yang menewaskan 2 orang dan 1 kritis. (ISTIMEWA)


Sat Reskrim juga tengah mendalami peran dari ketiga terduga pelaku. Di antaranya I Ketut Arta alias Mangku Arta (29), Jero Wage (40), dan Mangku Bersi (33).  

Ketiganya berasal dari banjar yang sama dengan ketiga korban, yakni Banjar Tabu. Bahkan rumah mereka berdekatan.

Pelaku Ketut Arta dan Jero Wage juga diketahui masih bersaudara kandung. Keduanya merupakan adik kakak.
"Mudah-mudahan nanti ke depan dari hasil penyelidikan kasus ini lebih terang," ujarnya.

Terkait situasi di TKP, polisi masih melakukan penjagaan intensif, bekerjasama dengan aparat TNI. "Situasi di TKP, sesuai perintah Pak Kapolres personil masih siaga memantau situasi. Personil bersama TNI bergabung menjaga situasi," ujarnya.

Saat ini situasi di TKP telah kondusif. "Sementara hasil pemantauan personil yang ada di lapangan, dari tadi malam kondusif, masyarakat tidak terpengaruh lagi pada isu-isu yang berkembang. Namun demikian, personil tetap siaga sampai benar-benar kondusif," tegasnya. 

Terkait motif, pihaknya belum bisa mengungkap, karena masih menunggu hasil penyidikan. "Motif, setelah hasil dari penyidikan ini baru kami bisa infokan ke rekan-rekan, jadi kami minta agar menunggu sebentar," ujarnya.

Polres Bangli menegaskan bahwa proses penanganan perkara dilakukan secara profesional, transparan, dan humanis.

SAJAM - Pedagang dan tongkat besi diduga barang bukti dalam tragedi maut di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Minggu 12 Oktober 2025.
SAJAM - Pedagang dan tongkat besi diduga barang bukti dalam tragedi maut di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Minggu 12 Oktober 2025. (Istimewa)

Polisi Belum Ungkap Motif Perkelahian Maut di Songan

Korban hidup perkelahian maut di Desa Songan A, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, I Wayan Ruslan (53) alias Mangku Ruslan masih menjalani perawatan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangli, Senin (13/10). Kondisi korban saat ini dikabarkan membaik. Namun aparat kepolisian belum mengungkapkan motif kasus perkelahian maut yang menewaskan 2 orang ini.

Pantauan Tribun Bali, ICU ini berada di lantai tiga, tepat di samping tangga darurat. Tak jauh dari sana, terdapat tempat duduk, yang dipenuhi keluarga Ruslan. Ada yang lesehan di lantai sembari bersandar di tembok, ada pula yang terbaring di kursi panjang. Sementara di satu kursi, tampak istri Ruslan yang tengah termenung dengan raut wajah penuh kesedihan. 

Saat wartawan hendak wawancara terkait permasalahan yang menjadi pemicu perkelahian maut, mereka mengatakan tidak mengetahui. Mereka memilih enggan komentar karena masih dalam suasana duka. “Kami masih berduka,” ujar seorang keluarga.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved