Banjir di Bali

2 KORBAN Jiwa Pedagang Pasar Kumbasari Pasca Banjir Bandang Dapat Santunan, Diterima Anak Korban 

Keduanya adalah Ni Ketut Merta sebesar Rp 70.020.000 dan Ni Wayan Lenyod sebesar Rp 70.000.000 yang diterima anak korban.

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
SANTUNAN - Penyerahan santunan kematian BPJS Ketenagakerjaan kepada keluarga korban meninggal dunia akibat banjir bandang Kota Denpasar yang berlangsung di Kantor Wali Kota Denpasar, Senin (6/10). 

TRIBUN-BALI.COM - Dua pedagang Pasar Kumbasari Denpasar yang meninggal dunia akibat banjir bandang menerima santunan BPJS Ketenagakerjaan di Kantor Wali Kota Denpasar pada pada Senin (6/10).

Keduanya adalah Ni Ketut Merta sebesar Rp 70.020.000 dan Ni Wayan Lenyod sebesar Rp 70.000.000 yang diterima anak korban.

I Nengah Ardana yang merupakan anak dari Ni Ketut Merta mengaku berterima kasih atas santunan yang diberikan sehingga bisa meringankan beban keluarganya. Ardana menuturkan jika ibunya berjualan pindang di Pasar Kumbasari.

Sebelum kejadian, ia mengantarkan sang ibu ke pasar untuk berjualan sekitar pukul 02.00 Wita. Namun, tiga jam kemudian, ia mendapatkan kabar jika ibunya tidak ditemukan saat banjir menerjang pasar.

“Kejadian persisnya saya tidak tahu. Saya mendengar kabar dari kakak. Jam 05.00, ibu katanya tidak ditemukan,” papar pria asal Angantelu, Kabupaten Karangasem ini.

Baca juga: CAIRKAN Rp3,5 M Dana BTT untuk Korban Banjir oleh BPBD Bali, 75 Persen Pedagang Telah Dipindahkan!

Baca juga: HASIL Verifikasi 11 Sertifikat Tahura Segera Diumumkan BPN

Dirinya mengaku hingga saat ini masih terbayang wajah ibunya. “Saya tidak bisa berkata-kata. Sampai saat ini saya terus teringat wajah ibu,” paparnya.

Jenazah sang ibu ditemukan keesokan harinya sekitar pukul 09.30 Wita. “Dapat info dari Basarnas, disuruh ke RS Sanglah untuk cek, dan ternyata benar itu memang ibu saya,” paparnya.

Sementara itu, Ni Putu Priliyanti, putri dari korban Ni Wayan Lenyod mengatakan jika ibunya selama ini merupakan tulang punggung keluarga. Di Pasar Kumbasari, ibunya berjualan ikan segar di basement pasar. Dirinya mendapatkan informasi ibu menjadi korban banjir dari rekan sesama pedagang.

“Waktu itu jam 05.15, dapat info dari pedagang yang sering diajak sama ibu kalau ada banjir di pasar. Pedagang katanya menyelamatkan diri masing-masing, tapi ibu saya dan satu lagi pedagang dari Serangan, Ibu Suwitri yang dipanggil Ibu Gilang tidak ditemukan,” paparnya.

Setelah mendapat informasi itu, ia dan suaminya memastikan ke Pasar Kumbasari. Jenazah ibunya ditemukan di hari yang sama sekitar pukul 08.00 Wita. “Ditemukan jam 8 pagi, tapi saya baru tahu jam 11 dan sudah dievakuasi ke Sanglah,” paparnya.

Sementara itu, Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan, pihaknya akan memperjuangkan bantuan kepada masyarakat dari berbagai peluang. Jaya Negara berharap bantuan ini bisa memotivasi keluarga dan bisa bangkit kembali. 

“Korban meninggal ini, ada dari Perumda memasukkan mereka ke BPJS Ketenagakerjaan, ada juga yang secara mandiri baru September ini. Sehingga di samping bantuan yang kami dapatkan dari pemerintah kota, provinsi dan pusat, rata-rata Rp 15 juta, BPJS tenaga kerjaan juga bisa dicairkan. Kami ucapkan terima kasih ke BPJS Ketenagakerjaan karena dengan cepat bisa memproses bantuan ini,” paparnya. (sup/sar)

Pelayanan RSUD Wangaya Kembali Normal

RSUD Wangaya ikut terdampak banjir bandang yang menerjang Kota Denpasar dan sekitarnya pada Rabu (10/9) lalu.

Berdasarkan hasil pendataan internal, total kerugian akibat bencana tersebut diperkirakan mencapai Rp 83 miliar. Kerugian ini mencakup kerusakan bangunan, kendaraan, hingga peralatan medis dan nonmedis.

Kepala Unit Humas dan Promosi RSUD Wangaya, Anak Agung Ayu Dewi Purnami mengungkapkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah merespons laporan kerusakan tersebut dan saat ini bantuan dari Kemenkes masih dalam tahap pengkajian.

“Kerugian terbesar memang terjadi pada peralatan medis dan infrastruktur penunjang rumah sakit. Saat ini kami masih menunggu proses bantuan dari pusat,” ujarnya.

Rinciannya, kerusakan bangunan meliputi gedung penunjang seluas 250 meter persegi dengan estimasi kerugian sekitar Rp 1 miliar, senderan dan dinding Rp 2 miliar, serta gudang farmasi Rp 1 miliar. Selain itu, beberapa unit kendaraan mengalami kerusakan dengan total nilai sekitar Rp 2,3 miliar.

Sementara sistem informasi rumah sakit (SIM RS) termasuk komputer, printer, dan jaringan diperkirakan merugi Rp 2,24 miliar.

Kerugian juga tercatat pada perabotan (furnitur) senilai Rp 1,5 miliar, alat kesehatan di ruangan terdampak Rp28 miliar, serta obat-obatan dengan total kerugian Rp 3,5 miliar.

Beberapa peralatan penunjang penting turut mengalami kerusakan berat, seperti trafo dan panel LVMDP senilai Rp 6 miliar, lift Rp 2,5 miliar, serta instalasi gas medis Rp 1,5 miliar. 

Sedangkan peralatan medis besar seperti USG Internal Medicine ditaksir rusak senilai Rp 3,3 miliar, ventilator Draeger Rp 2,4 miliar, dan General Purpose X-Ray Unit Rp 1,85 miliar. 

“Selain alat-alat besar, ada juga kerusakan ringan pada berbagai perlengkapan medis dan nonmedis dengan nilai kerugian jutaan hingga ratusan juta rupiah,” jelas Agung Purnami.

Meski mengalami kerugian besar, pelayanan di RSUD Wangaya kini telah kembali normal. Poliklinik, IGD, dan layanan rawat inap sudah beroperasi seperti biasa.

Ia mengakui di hari pertama banjir, pelayanan sempat terganggu karena listrik padam dan genset rumah sakit turut rusak, sehingga beberapa pasien dengan alat bantu napas harus dirujuk ke rumah sakit lain.

Sementara itu, bantuan Belanja Tidak Terduga (BTT) dari Pemkot Denpasar untuk pengadaan obat-obatan senilai Rp 3,5 miliar mulai dicairkan secara bertahap.

Dari jumlah tersebut, baru Rp 854 juta yang sudah cair, dan terealisasi Rp 627 juta untuk pembelian obat. “Sebagian tidak bisa dicairkan karena waktu pemesanan obat tidak mencukupi,” pungkasnya. (sup)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved