Hari Pahlawan
Denpasar Bali Akan Usulkan Kapten Japa untuk Jadi Pahlawan Nasional, Begini Sejarahnya
Hari Pahlawan 2025, Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa sendiri gugur dalam serangan Umum Kota Denpasar
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemkot Denpasar berencana akan mengusulkan Kapten Japa menjadi pahlawan nasional.
Hal ini dinilai karena pria bernama lengkap Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa ini ikut berjuang dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara usai memimpin apel Hari Pahlawan mengatakan, saat ini Denpasar tengah melakukan kajian terkait rencana pengusulan tersebut.
"Kami akan segera menerima audiensi dari pihak keluarga beliau," kata Jaya Negara, Senin 10 November 2025.
Baca juga: Presiden Prabowo Umumkan 10 Pahlawan Nasional, Soeharto Dipastikan Masuk, Kapten Mudita Tak Masuk
Bagi Jaya Negara, Kapten Japa merupakan sosok yang mengharumkan nama Bali khususnya Denpasar dalam perjuangan melawan Belanda.
"Nanti kami akan membuatkan narasi perjuangan beliau dan itu akan kami kirim ke pusat," paparnya.
Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa sendiri gugur dalam serangan Umum Kota Denpasar, 11 April 1946.
Ia merupakan kakak dari mantan Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Pejuang yang gugur di usia 21 tahun ini lahir di Griya Punia Jati di Jalan Hayam Wuruk Nomor no. 105 pada 3 April 1925.
Paman mantan Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra ini sempat bersekolah di HIS, sekolah Belanda selama tujuh tahun.
Kemudian melanjutkan ke MULO Malang dan kembali ke Bali karena meletus perang Pasifik, pada zaman Jepang.
Sampai di Bali, IB Japa ikut kerja paksa Jepang dan bekerja di Mitsui Bussan atau sejenis Bulog saat ini.
Setelah Jepang mengalami kekalahan dari sekutu dan dibentuk PETA (Pembela Tanah Air), IB Japa bergabung dengan 1.650 orang lainnya dan menjalani latihan di Banyumala.
Setelah Indonesia merdeka, dibentuk BKR yang dipimpin Nyoman Peged dan IB Japa.
Tanggal 2 Maret 1946, Belanda datang ke Bali dan mendarat di Sanur dengan 2.000 pasukan bersenjata lengkap.
Denpasar dikuasai tanpa perlawanan.
Untuk menggempur Belanda, dilaksanakan rapat pertama di Berumbungan, Sibang Kaja tanggal 5 April 1946.
Rapat kedua dilaksanakan 8 April 1946 di Pagutan, Padangsambian di sebuah rumah di tengah sawah.
Dalam rapat itu ada Kapten Sugianyar, Pak Regug, Gusti Ngurah Pinda dan juga Ida Bagus Japa.
Saat itu ada tiga tangsi yakni Tangsi Kreneng, Tangsi Kayu Mas, dan Tangsi Satria.
Tangsi tersebut diserang dari arah utara yang dipimpin I Gusti Ngurah Pinda, penyerang ke Kreneng dipimpin Letnan Suece, dan penyerangan ke Kayu Mas dipimpin Sarja Udaya.
Sementara dari arah timur yakni Yang Batu dipimpin oleh IB Japa dengan pasukan terbanyak yakni 800 orang
Namun naas, saat itu dahi IB Japa kena tembak, dan tiga peluru bersarang di dadanya.
Sebelum meninggal, ia dipapah Ida Bagus Banjar.
Kepada Ida Bagus Banjar ia berkata, untuk meneruskan perjuangan.
Ida Bagus Japa meninggalkan seorang istri bernama Jero Wati yang sedang mengandung delapan bulan.
Nama Kapten Japa kini diabadikan sebagai nama jalan dan juga monumen di bundaran Niti Mandala Renon. (*)
Kumpulan Artikel Bali
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/Wali-Kota-Denpasar-IGN-Jaya-Negara-saat-di-apel-Hari-Pahlawan-Senin-10-November-2025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.