Penemuan Mayat di Gianyar

FORENSIK Buktikan Bahwa Sang Mandor Dibekap, Makin Kuatkan Indikasi Pembunuhan di Gianyar Bali !

Ia menambahkan, mengapa dikatakan itu luka iris karena jika dilihat perbandingan antara panjang dan dalamnya berbeda.

|
ISTIMEWA/WEG
MAYAT - Seorang mandor proyek ditemukan tewas dengan luka robek di leher di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Sabtu 25 Oktober 2025. 

TRIBUN-BALI.COM - Kasus penemuan mayat mandor, dengan kondisi mengenaskan di Gianyar, Bali. Kian terang usai hasil forensik RSUP Prof Ngoerah keluar. 

Indikasi pembunuhan pun semakin jelas. Sebab dari hasil pemeriksaan luar dan autopsi Dokter Forensik RSUP Prof Ngoerah, dr. Ida Bagus Putu Alit, korban meninggal dunia akibat adanya luka iris dari benda tajam di leher. 

“Sebab kematiannya adalah kekerasan benda tajam pada leher, yang menimbulkan putusnya pembuluh darah besar di leher,” ujar dr Putu Alit, Senin 27 Oktober 2025. 

Baca juga: TEWAS Mengenaskan di Gianyar, Jasad Mandor Proyek di Subak Tenggaling, Polisi Kejar Pelaku!

Baca juga: BURU Pelaku Pembunuh Mandor di Gianyar, Luka Terbuka Menganga di Leher & Gergaji Jadi Indikasi Kuat!

TKP - Lokasi tewasnya mandor I Wayan Sedhana di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Minggu 26 Oktober 2025.
TKP - Lokasi tewasnya mandor I Wayan Sedhana di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Minggu 26 Oktober 2025. (Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta)

 

Ia menambahkan, mengapa dikatakan itu luka iris karena jika dilihat perbandingan antara panjang dan dalamnya berbeda.

Jadi lebih lebar panjangnya dibandingkan dalamnya luka dari gambaran lukanya, itu arahnya (irisan benda tajam) dilakukan dari kanan ke kiri leher korban. 

Di mana total di tubuh korban terdapat 16 luka, di antaranya 11 luka di daerah wajah dan kepala di sana, leher 1 luka dan di tempat lain 4 luka. 

“Luka-luka memar itu ada di lengan dan dada tapi itu tidak bersifat fatal. Yang fatal itu adalah satu luka irisan di leher,” imbuhnya. 

Dan luka iris di leher mandor bangunan itu, tidak hanya satu kali tetapi dilakukan pengirisan oleh pelaku sebanyak dua kali.

“Iya kalau dari gambarannya (luka irisan di leher) memang sesuai dengan gergaji karena dilakukan dua kali gerakan irisan,” ucapnya.

Lebih lanjut dr. Putu Alit menyampaikan bahwa dari hasil autopsi, tidak menemukan tanda-tanda mati lemas sehingga bisa katakan bahwa bukan pembekapan itu yang menyebabkan kematian. 

Jadi yang langsung menimbulkan kematian adalah kekerasan benda tajam yang ada di leher. “Waktu di bekap kondisi korban masih hidup. Pelakunya dilakukan oleh lebih dari satu orang dan posisi korban tetap di bawah (saat di iris hingga meninggal dunia) karena kita tidak menemukan tanda-tanda aspirasi,” paparnya. 

Ia mengungkapkan di mana dari pola lukanya itu, ada luka-luka memar disebabkan karena ujung jari, kemudian ada luka pembekapan, kemudian ada luka leher, itu yang mengindikasikan pelakunya lebih dari satu orang. 

Di mana istilah aspirasi dalam dunia forensik, adalah masuknya darah ke dalam saluran nafas kalau misalnya orang itu masih bisa berdiri jadi bisa saja darah itu masuk ke saluran nafas. 

Dan pihaknya tidak menemukan masuknya darah di paru-parunya, dan saluran nafas sehingga posisi korban itu tetap terlentang di bawah. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved