Bali United

JADI Standar Klub Tanah Air, Lisensi Klub Ilegue Jadi Pintu Ke Asia, Disorot Transparansi Finansial

Pada Sabtu (15/11), Bali United menjalani sesi tatap muka Club Licensing Workshop di markas mereka, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar.

Istimewa/ileague
STARTING XI – Skuad Bali United di BRI Super League 2025/2026. 

TRIBUN-BALI.COM - Proses perizinan klub (Club Licensing) yang wajib ditempuh setiap tahun oleh kontestan Liga 1 yang sekarang berganti nama menjadi Super League kerap dianggap sebatas urusan administrasi tahunan. 

Namun, bagi klub-klub potensial seperti Bali United, agenda ini penting untuk menentukan masa depan mereka di kancah Asia, terutama dalam memenuhi standar global dan menjaga stabilitas finansial di tengah kerasnya persaingan.

Pada Sabtu (15/11), Bali United menjalani sesi tatap muka Club Licensing Workshop di markas mereka, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. 

Kegiatan yang diselenggarakan oleh operator kompetisi, Ileague ini menjadi penegasan bahwa lisensi klub adalah palang pintu utama menuju pentas Asia, sekaligus tolok ukur fundamental tata kelola klub yang profesional.

Baca juga: LIBUR Nataru 2025-2026, Bandara Ngurah Rai Diprediksi Jadi Bandar Udara Tersibuk Kedua!

Baca juga: KETOK PALU! PN Jaksel Tegaskan Perselisihan Pemberitaan Wajib melalui Dewan Pers, Kawal Media Tempo

Club Licensing Officer Bali United, Richi Kurniawan menjelaskkan, materi Club Licensing Cycle 2025/26 yang dipaparkan mendalami lima kriteria utama yang wajib dipenuhi.

Yaitu Kriteria Olahraga, Infrastruktur, Personel dan Administrasi, Legal, dan yang paling disorot: Kriteria Finansial.

"Ini menjadi agenda rutin yang wajib dilakukan setiap tahunnya untuk menyegarkan kembali pemahaman kami dalam melakukan proses Club Licensing di sistem yang terintegrasi, " kata Richi. 

"Ini menjadi langkah awal yang bagus demi menjaga profesionalisme klub setiap tahunnya," sambungnya. 

Namun, di balik narasi rutinitas ini, tersimpan isu krusial yang menjadi batu sandungan kronis bagi banyak klub di Indonesia yakni kesehatan dan transparansi finansial.

Kriteria Finansial menuntut klub memiliki laporan keuangan yang transparan, bebas dari tunggakan gaji pemain atau staf, serta memiliki perencanaan bisnis yang berkelanjutan.

Kepatuhan pada aspek ini adalah penanda utama apakah sebuah klub dikelola secara modern dan mandiri, ataukah masih bergantung pada suntikan dana sesaat dari pemilik tanpa pondasi yang kuat. Lisensi AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) secara ketat mensyaratkan kepatuhan finansial ini. 

Kegagalan dipilar ini berarti tiket ke kompetisi regional, seperti Liga Champions Asia atau Piala AFC, otomatis tertutup, betapapun menterengnya prestasi tim di domestik.

Direktur Kompetisi I.League, Asep Saputra, menegaskan bahwa proses Club Licensing jauh dari sekadar formalitas. Ini adalah upaya pembinaan yang bertujuan mengangkat kualitas sepak bola nasional secara sistemik.

“Club Licensing bukan hanya tentang memenuhi kewajiban administratif, tetapi juga sarana pendampingan dan pembinaan, " kata Asep

"Melalui proses ini, kami ingin memastikan bahwa setiap klub di Indonesia dapat berjalan secara profesional, transparan, dan berorientasi pada prestasi,” jabarnya. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved