Hari Raya Nyepi
Upacara Tawur Kesanga Dipuput Enam Sulinggih, Dihadiri Ribuan Masyarakat Denpasar
H-1 Hari Raya Nyepi, masyarakat sekitar Kota Denpasar menggelar Upacara Tawur Kesanga
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Busrah Ardans
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - H-1 Hari Raya Nyepi, masyarakat sekitar Kota Denpasar menggelar Upacara Tawur Kesanga pada Rabu (6/3/2019).
Upacara yang digelar di Lapangan Puputan Badung, Rabu (6/3/2019) pagi tadi ini dihadiri ribuan masyarakat Denpasar dan dipuput oleh enam Sulinggih.
Dewa Ketut Adi Putra sebagai Ketua Pelaksana Upacara Tawur Kesanga, kepada Tribun Bali mengatakan, upacara tersebut rutin dilakukan tiap tahun sesuai penanggalan Bali.
"Di Denpasar, rutin dilakukan tiap tahunnya. Jadi ini bertepatan dengan penanggalan Bali yaitu jatuh pada Tilem Sasih Kesanga. Sasih Kesanga dalam kepercayaan masyarakat Bali, merupakan Sasih yang kurang baik, karena wabah penyakit sering muncul, didukung oleh perubahan cuaca pada realitanya," ungkapnya.
"Tujuan dari upacara Tawur Kesanga ini ialah menetralkan energi negatif dari Sasih Kesanga itu dan mengharmoniskan, menyeimbangkan alam semesta, khususnya untuk kita di Kota Denpasar," katanya saat ditemui usai acara.
Baca: Jelang Hari Raya Nyepi, Polresta Denpasar Amankan 433 Liter Arak Bali
Baca: Pelabuhan Padang Bai Akan Ditutup Pukul 03.00 Wita Dini Hari Nanti
Ia juga menyebut, Tawur Kesanga tahun 2019 ini berlangsung bersamaan dengan Upacara Tawur Agung Panca Wali Krama di Pura Besakih, yang bersama-sama berfungsi sebagai upacara pengharmonisan kehidupan jagat Bali.
Setelah ini, katanya, besok baru dilangsungkan dengan upacara penyepian.
"Nanti malam, setelah perwakilan dari masing-masing Desa Pakraman nunas tirta yang dipercikkan di Desa, juga di rumah tangga masing-masing, barulah dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh. Tentu saja tujuannya untuk menetralisir pengaruh negatif. Jadi dari sifat keraksasaan kemudian akan muncul sifat-sifat kedewataan. Jadi para Bhuta kala itu disomia istilahnya, supaya menjadi sifat-sifat kedewataan," katanya lagi menjelaskan.
Ia melanjutkan, tahap-tahap dalam Upacara Tawur Kesanga ini diawali dengan pelaksana Mepepade, Minggu (3/3/2019) lalu, yaitu menyucikan hewan-hewan yang akan dijadikan kurban.
"Jadi itu disucikan terlebih dahulu, artinya memohon izin kepada yang Kuasa, bahwa hewan-hewan itu akan dijadikan kurban, dan kemudian setelah dijadikan kurban, semoga Sang Adma dari pada makhluk yang dikurbankan bisa menjadi makhluk yang lebih sempurna,"
Baca: Ogoh-ogoh Sang Maungpati STT Gemeh Indah Berdiri Gagah dengan Harimau & Keris di Sampingnya
Baca: Tradisi Munjung saat Kesanga atau H-1 Nyepi di Desa Selumbung
"Hewan kurbannya atau wewalungan di antaranya ada Kerbau, Sapi, Kambing, Anjing Bang Bangkem, Itik, Angsa, Anak Babi dan Ayam," lanjut dia merincikan.
"Sebelumnya juga, Rabu kemarin dilaksanakan upacara Nedunan Ida Bhatara Tirta. Jadi tirta (air suci)yang kita mohon dari beberapa Pura di Bali, nah itu kita satukan di tempat upacara, Lapangan Puputan Badung. Dan pagi tadi adalah puncak dari upacara Tawur Kesanga itu," sambungnya.
Ditanya, mengapa ada berbagai macam wewalungan (kurban), ia mengatakan hal itu dilakukan bergantung dari tingkatan upacara.
"Karena ini tergolong upacara yang utama dan sudah ada disebutkan di dalam sumber-sumber sastranya, bahwa hewan yang dijadikan kurban itu seperti yang saya sebutkan tadi," jawabnya.