Angka Pengangguran di Bali Relatif Kecil, Wagub Cok Ace Mengaku Belum Puas
Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menyoroti masalah pengangguran yang ada di Provinsi Bali
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menyoroti masalah pengangguran yang ada di Provinsi Bali.
Menurutnya, angka pengangguran di Bali memang relatif kecil jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Meski demikian, ia mengaku belum puas dengan pencapain tersebut.
"Benar angka pengangguran di Bali terkecil di Indonesia, tapi saya tidak puas dengan itu. Masih adanya pengangguran, sementara lapangan kerja juga masih melimpah. Sementara tenaga kerja dari luar Bali terus bertambah menunjukkan ada masalah dengan mental sebagian kecil SDM di Bali yang tidak bisa beranjak dari zona nyaman,” kata Cok Ace.
Hal itu Wagub Cok Ace sampaikan saat memberikan kuliah umum di acara bertema ‘Kuliah Umum Industri: Kreator dan Inovator’ yang bertempat di Kampus STIKOM Bali II, Jimbaran, Badung pada Sabtu (30/3/2019) pagi.
Baca: PKB 2019 Dimeriahkan Berbagai Lomba, Ada Kategori Kabupaten/Kota dan Umum
Baca: Begini Sejarah Tempat Selfie Seharga Rp 16 Miliar di Pantai Karangdadi Klungkung, Anda Penasaran?
Ia pun mengajak generasi muda terutama kaum milenial untuk beranjak dari zona nyaman.
“Dunia ini luas, jadi masih banyak peluang dan potensi luar biasa di luar zona kenyamanan kita. Jangan jadi pengangguran kultural alias pengangguran karena gengsi,” kata eks Bupati Gianyar ini.
Dijelaskan bahwa permasalahan mengenai kemiskinan dan pengangguran ini tidak akan hilang jika gengsi dan mental priyayi tidak segera dihilangkan.
Pola semacam ini yang membuat masyarakat tidak bisa maju, terutama di tengah perkembangan teknologi yang sedemikian pesat.
Ia juga melihat sisi positif yang bisa dimanfaatkan dengan kemajuan teknologi informasi selama ini.
Dicontohkan, pemanfaatan internet misalnya yang saat ini sudah sebagai bagian penting dari pemasaran produk terutama produk lokal di sebuah kawasan.
Baca: Pembangunan Industri Kereta Api Terbesar Se-Indonesia di Banyuwangi Resmi Dimulai
Baca: Arnawa Minta Kurikulum Pelajaran Bahasa Bali Ditinjau Ulang, Belum Mengakomodasi Sekolah Khusus
“Sebagai contoh, sebuah daerah punya potensi berupa singkong, lalu dengan kreativitasnya diolah menjadi keripik singkong. Di zaman sekarang ini, jika produknya hanya diproduksi saja, tidak mau dipasarkan, diinformasikan ke luar atau juga tidak diteliti pangsa pasarnya, maka produk tersebut tidak akan kemana-mana. Untuk itu perlu akses informasi dan teknologi berbasis digital tersebut,” jelas Penglingsir Puri Ubud ini.
Dengan akses informasi ini, berarti ada akses untuk permodalan, perkembangan selera pasar, dan lainnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah mempersiapkan infrastruktur informasi atau jaringan ini berupa pemasangan Wi-Fi gratis di setiap desa.
“Katakanlah kita punya produk bagus, produk kita pun sesuai dengan kemauan pasar, plus kita punya hospitality atau ‘sentuhan rasa’ dalam menghadapi konsumen, tetap akan kalah dengan mereka yang lihai memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran," jelasnya.(*)